Usaha

 photo cooltext934587768.png
Home » » BAB II LANDASAN TEORETIK

BAB II LANDASAN TEORETIK



A.          Deskripsi Teori
1.            Kinerja Guru
1.1        Pengertian Kinerja Guru
Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan, guru merupakan salah 1 faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan. Pendidik atau guru merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pebimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama pada pendidik perguruan tinggi.
Guru dituntut untuk memiliki kinerja yang mampu memberikan dan merealisasikan harapan dan keinginan semua pihak terutama masyarakat umum yang mempercayai sekolah dan guru dalam membina anak didik dalam meraih mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam melaksanakan kerjanya sehingga kinerja guru menjadi tuntutan penting untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Secara umum mutu pendidikan yang baik menjadi tolak ukur bagi keberhasilan kinerja yang ditunjukan oleh guru.
Dalam kamus besar bahasa indonesia “kinerja adalah cara, prilaku dan kemampuan kerja, sedangkan guru adalah orang yang pekerjaanya mengajar, jadi dapat disimpulkan kinerja guru adalah kemampuan yang ditunjukan oleh guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran.[1]
Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil  yang dicapai dari pekerjaan tersebut”.[2]

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru merupakan kemampuan yang ditunjukan oleh guru dalam melaksanakan tugas atau pekerjaanya dengan baik, kinerja dikatakan baik dan memuaskan apa bila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

1.2    Peran dan Tugas Guru
a.             Peran
Guru memegang peranan yang sangat strategis, terutama dalam membentuk watak anak didik serta mengembangkan potensi siswa. Dan guru juga sebagai peranan yang sanagat penting dalam menentukan suatu keberhasilan didalam pendidikan. Sebagai mana telah dikemukakan diatas, perkembangan baru terhadap pandangan belajar mengajar membawa konsekuensi kepada guru untuuk meningkatkan peranan dan kompetensinya karena proses belajar mengajar  dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru.
Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar siswa berada pada tingkat yang optimal.
Peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal, namum yang akan dikemukakan disini adalah peranan yang dianggap paling dominan dan di klasifikasikan sebagai berikut :
1)      Guru sebagai demonstrator
2)      Guru sebagai pengelola kelas
3)      Guru sebagai mediator dan fasilitator.[3]


b.            Tugas Guru
Seorang guru memiliki banyak tugas  baik yang terikat oleh dinas maupun diluar dinas (dalam bentuk pengabdian), dalam proses belajar mengajar guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi didalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.[4]

1.3  Kinerja Guru Dalam Mendisain Program Pengajaran
Salah satu tahapan mengajar yang harus dilalui oleh guru profesional adalah “menyusun perencanaan pengajaran atau dengan kata lain disebut juga dengan mendisain program pengajaran”. Proses belajar mengajar merupakan interaksi edukatif yang dilakukan oleh guru dan siswa didalam situasi tertentu.
Mengajar atau lebih spesifik lagi melaksanakan proses belajar mengajar bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dan dapat terjdi begitu saja tanpa direncanakan sebelumnya, akan tetapi mengajar itu merupakan suatu kegiatan yang semestinya direncanakan dan di desain sedemikian rupa mengikuti langkah-langkah dan prosedur tertentu, sehingga dengan demikian pelaksanaanya dapat mencapai hasil yang diharapkan.
Mengajar merupakan pekerjaan dan tugas yang kompleks dan sulit. Oleh karena itu tugas dan pekerjaan tersebut memerlukan persiapan dan perencanaan yang baik, sehingga dapat mencapai hasil yang diharapkan.
Mengajar merupakan tugas yang perlu dipertanggung jawabkan. Dengan demikian ia memerlukan sesuatu perencanaan dan persiapan yang mantap dan dapat dinilai pada akhir kegiatan proses belajar mengajar.[5]

1.4  Kinerja Guru Dalam Melaksanakan Proses Belajar Mengajar
Menurut Muji Hariani dan Noeng Muhajar terdapat sejumlah kinerja (performance) guru atau staf pengajar dalam melaksanakan proses belajar mengajar, yang populer diantara mode-model standford. Berikut ini akan dikemukakan secara singkat deskripsi 3 model tersebut yaitu:
1)            Model Rob Norris
Pada model ini ada beberapa komponen kemampuan mengajar yang peru dimiliki oleh seseorang staf pengajar atau guru yakni:
a)      Kualitas-kualitas personal dan profesional
b)      Persiapan pengajaran
c)      Perumusan tujuan pengajaran
d)     Penampilan guru dalam mengajar dikelas
e)      Penampilan siswa dalam belajar
f)       evaluasi
2)            Model Oregon
Menurut ini kemampuan mengajar di kelompokan mejadi:
a)      perencanaan dan persiapan mengajar
b)      kemampuan guru dalam mengajar dan kemampuan siswa dalam belajar
c)      kemampuan mengumpulkan dan menggunakan informasi hasil belajar
d)     kemampuan hubungan dengan tanggung jawab professional
3)            Model Standford
Model ini membagi kemampuan mengajar dalam lima komponen, tiga dari lima komponen tersebut dapat diobservasi di kelas meliputi komponen tujuan, komponen guru mengajar, dan komponen evaluasi.[6]

2.            Motivasi
2.1        Pengertian Motivasi
Motivasi sangat penting bagi manusia untuk mendorong dirinya kearah perubahan, disamping itu motivasi erat kaitannya dengan niat, didalam ajaran Islam telah dijelaskan bahwa segala sesuatu itu tergantung dengan niat. Jika niat baik maka akan menghasilkan sesuatu yang baik, dan begitu pula sebaliknya.
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.[7]
Sedangkan menurut Sadirman AM tentang motivasi adalah motivasi berasal dari kata ”motiv” maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.[8]
Pendapat lain motivasi adalah ”pendorongan” yaitu suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.[9]
Dari beberapa pengertian di atas dapat penulis ambil kesimpulan yang di maksud dengan motivasi adalah suatu usaha yang disadari yang dipengaruhi oleh naluri dan keadaan sekitarnya untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Kemudian yang perlu disadari oleh guru itu adalah guru yang mempunyai usaha atau cara tertentu dalam menumbuhkan motivasi. Menurut Ahmad Rohani cara menumbuhkan motivasi adalah melalui cara mengajar yang bervariasi, mengadakan pengulangan informasi, memberi stimulus baru misalnya memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyalurkan keinginan belajarnya. menggunakan media dan alat bantu yang menarik perhatian peserta didik seperti gambar, foto, diagram.
Secara umum peserta didik akan terangsang untuk belajar (terlibat aktif dalam pelajaran) apa bila ia melihat situasi pengajaran cenderung memuaskan dirinya sesuai dengan kebutuhanya.[10]
Berdasarkan penjelasan diatas jelaslah bahwa untuk mencapai segala sesuatu itu memerlukan sebuah usaha yang ditimbulkan oleh diri sendiri karena  perubahan itu akan datang jika kita telah merubahnya sendiri.
Hal ini sesuai dengan Qs. Ar. Ra’du ayat 11 yaitu :
žcÎ) ©!$# Ÿw çŽÉitóム$tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçŽÉitóム$tB öNÍkŦàÿRr'Î/ ........

Artinya : Sesungguhnya allah tidak akan merubah pada suatu kaum (kecuali bila mereka merubah keadaanya)[11]

2.2    Pengertian Belajar
Slamet mengatakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sehingga hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dalam lingkunganya.[12]
Sedangkan menurut Muhibin Syah mengatakan belajar adalah kegiatan belajar yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan pendidikan.[13]
Pendapat lain mengatakan belajar adalah proses perubahan prilaku berkat pengalaman dan latihan.[14]
Dengan demikian dapat simpulan bahwa belajar pada hakekatnya sebuah kegiatan atau proses yang mempunyai tujuan kegiatan yaitu perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi yang didapat melalui pengalaman dan latihan.
Belajar adalah modifikasi atau memperteduh kelakuan melalui pengalaman, (belajar merupakan suatu proses kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan), belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari itu yaitu mengalami hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan merupakan perubahan tingkah laku.[15]
Belajar erat kaitanya dengan membaca karena ketika seseorang ingin mengerti dalam belajar maka yang bersangkutan harus mempunyai bahan atau sumber bacaan sebagai perantara proses belajar mengajar. Selain kita membaca jika dalam proses pembelajaran kita belum ada yang mengerti atau dipahami maka bertanyalah kepada yang lebih tau baik itu dari guru maupun teman sendiri atau para ahli dalam ilmu pengetahuan. Hal ini sesuai dengan Qs. An Nahl ayat 43 sebagai berikut:[16]
(#þqè=t«ó¡sù Ÿ@÷dr& ̍ø.Ïe%!$# bÎ) óOçGYä. Ÿw tbqçHs>÷ès?  .......


Artinya  :  ….. Maka Bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan (ilmu) jika kamu mengetahui (tidak bertemu)

2.3  Macam-Macam Motivasi
Di dalam dunia belajar mengajar peranan motivasi sangat diperlukan, motivasi bagi pengajar atau guru dapat mengembangkan aktifitas dan inisiatif serta menggerakan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan mengajar. Mengenai macam-macam motivasi sendiri terbagi menjadi 2 yaitu motivasi Instrinsik dan motivasi Ekstrinsik.
a.     Motivasi Instrinsik
Sadirman menjelaskan bahwa motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena didalam setiap indiviidu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.[17]
Sedangkan pendapat lain motivasi instrinsik adalah motivasi yang datang dari dalam diri seseorang misalnya pegawai melakukan sejumlah kegiatan karena ingin menguasai sesuatu keterampilan tertentu yang dipandang akan berguna dalam pekerjaanya.[18]
Keterampilan dan kemampuan tersebut dapat dibagi kedalam beberapa bidang   yaitu :
1)            Kemampuan dalam bidang kognitif artinya kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi pengajaran, pengetahuan mengenai cara belajar, mengetahui tentang cara menilai hasil belajar siswa, pengetahuan tentang administrasi kelas dan pengetahuan umum.
2)            Kemampuan dalam bidang sikap artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas profesinya misalnya sikap meghargai pekerjaanya, mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata pelajaran yang dibinanya, sikap toleransi terhadap sesama teman profesinya, memiliki kemampuan yang keras untuk meningkatkan hasil pekerjaan.
3)            Kemampuan prilaku artinya kemampuan guru dalam berbagai keterampilan dan berprilaku yaitu keterampilan mengajar, menggunakan alat bantu pengajaran, bergaul atau berkomunikasi dengan siswa, keterampilan menyusun persiapan-persiapan mengajar, keterampilan melaksanakan adminitrasi kelas.[19]



b.            Motivasi Ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik adalah dorongan motivasi yang timbul atau ditimbulkan karena pengaruh atau dorongan dari luar, pada motivasi ekstrinsik anak belajar itu bermanfaat bagi dirinya akan tetapi siswa belajar karena mengharapkan sesuatu dibalik kegiatan belajar itu.[20]
Sebagai contoh seseorang belajar karena besok ia akan menghadapi ujian, dengan harapan mendapatkan nilai baik sehingga akan dipuji oleh orang tua, pacar, maupun temannya.
 Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tapi ingin mendapatkan nilai yang baik. Jadi, kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukan, tidak secara langsung bergayut dengan esensi yang dilakukannya itu.
Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalam aktifitas belajar dinilai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar. Namun bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak penting, dalam kegiatan belajar tetap penting sebab kemungkinan besar  keadaan siswa itu dinamis   (berubah-ubah).
Dalam menumbuhkan motivasi belajar Ekstrinsik pada siswa dalam proses belajar mengajar dapat dilaksanakan dengan banyak bentuk tetapi tidak semuanya baik bahkan kadang-kadang justru kurang menguntungkan bahkan tidak sesuai.
Maka, guru dalam memberikan motivasi harus berhati-hati, kemudian diperoleh cara menggerakan motivasi belajar siswa menurut Oemar Hamalik yaitu sebagai berikut :

1.   Memberi angka
2.   Pujian
3.   Hadiah
4.   Kerja kelompok    
5.   Persaingan
6.   Tujuan
7.   Penilaian
8.   Karya wisata dan ekskuensi
9.   Film pendidikan
10. Belajar melalui radio[21]

Sedangkan menurut Moh. Uzer Usman cara guru dalam menggerakan motivasi siswa adalah sebagai berikut:
1.      kompetisi (saingan)
2.      tujuan yang jelas
3.      minat yang besar
4.      mengadakan penilaian ( tes )[22]

Pendapat lain juga mengatakan banyak hal yang guru lakukan dalam menggerakan motivasi siswa yaitu :
 1. Memberi angka
 2. Memberi hadiah
 3. kompetisi
 4. Memberi ulangan
 5. Pujian.[23]

Dari pendapat diatas banyak sekali cara guru dalam menggerakan motivasi belajar siswanya, namun dari beberapa teori tersebut cukup 5 saja yang penulis ambil karena  asumsi dari ke 5 item tersebut sudah mewakili dan sudah bisa mengungkap tentang hubungan motivasi belajar dengan prestasi.


2.4    Tujuan dan Fungsi Motivasi
a.                                          Tujuan Motivasi
Adapun tujuan motivasi adalah sebagai berikut:
Motivasi bertujuan untuk menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauanya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.[24]
Setiap tindakan motivasi mempunyai tujuan. Semakin jelas tujuan yang diharapkan atau yang akan dicapai semakin jelas pula bagaimana tindakan motivasi itu dilakukan.
Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil jika tujuannya jelas dan didasari oleh yang dimotivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang dimotivasi. Oleh karena itu setiap orang yang akan memberikan motivasi harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, dan kepribadian orang yang akan dimotivasi.

b.                                          Fungsi Motivasi
Hasil belajar akan menjadi optimal jika ada motivasi. Semakin tepat motivasi yang diberikan, maka akan semakin berhasil pula pelajaran itu.
Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi  yaitu :
1.            Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.
2.            Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
3.            Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan itu, dengan menyampaikan perbuatan-perbuatan yang tiak bernanfaat bagi tujuan itu. Seseorang yang betul-betul bertekad  menang dalam pertandingan, tidak akan menghabiskan waktunya bermain kartu, sebab tidak serasi dengan tujuan.” [25]

Disamping itu ada fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik.
Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari oleh motivasi maka seseorang yang belajar akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

3.            Prestasi
3.1    Pengertian Prestasi
Prestasi belajar merupakan suatu hasil penilaian guru terhadap murid-muridnya setelah melakukan kegiatan belajar mengajar dalam kurun waktu tertentu. Prestasi belajar sebagai suatu hasil yang dapat dicapai tentunya mengacu kepada tujuan dan pelaksanaan pendidikan, tujuan pendidikan secara umum adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada  tuhan yang maha esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Dari kutipan tersebut, maka dapat diketahui bahwa proses pendidikan itu mengacu kepada tercapainya suatu tujuan yang telah diharapkan. Tujuan itu adalah prestasi yang baik.
Prestasi  belajar adalah hasil belajar yang telah diberikan guru kepada murid-muridnya atau kepada mahasiswa dalam jangka waktu tertentu.[26]
Pengertian lain “Prestasi Belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha kegiatan  belajar”.[27]
Sementara menurut Oemar Hamalik “Prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang diharapkan dari murid setelah dilakukanya proses belajar mengajar”.[28]
Menurut pendapat diatas bahwa seorang yang telah mengalami proses belajar diharapkan dapat merubah sikap (afektif),  pengetahuan (Koognitif) dan ketrampilan (Psikomotorik). Untuk mengetahui apakah seseorang telah mengalami proses belajar dapat memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baik. Hal ini dapat diketahui dengan melalui prestasi belajar yang dicapainnya.
Namun secara etimologi Prestasi belajar terdiri dari “Prestasi dan Belajar” oleh karenanya dalam memberikan pengertian memerlukan penjelasan sehingga dalam perumusannya dapat dipertanggung  jawabkan.
Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia diartikan bahwa prestasi adalah “hasil yang telah dicapai (dari yang dilakukan, dikerjakan)” [29]
Dari pengertian- pengertian diatas pada dasarnya sama yaitu suatu hasil yang dicapai oleh seorang dalam melakukan atau mengerjakan suatu aktifitas yang membawa pengaruh terhadap tindakan tingkah laku kehidupannya. Sedangkan belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara – cara bertingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan latihan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil belajar baik yang berupa nilai-nilai atau angka-angka ataupun perubahan tingkah laku, artinya tercapainya ketiga aspek baik aspek afektif, koognitif dan psikomotorik.
Sedangkan prestasi yang dimaksudkan disini adalah suatu hasil yang dicapai siswa dari hasil belajar Pendidikan Agama islam.
 Sebab dengan penilaian ini dapat diketahui prestasi belajar siswa secara keseluruhan dengan prestasi tuntas dan belum tuntas.

3.2        Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Dalam interaksi proses belajar mengajar tidak semua murid berhasil dalam belajarnya, sering kita jumpai hal-hal tertentu yang menjadi penghambat atau dapat menganggu anak dalam proses belajar mengajar. Kemajuan dan kemunduran prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar tersebut adalah
1.            Faktor yang bersumber dari dalam diri manusia yang dapat diklasifikasikan menjadi dua faktor yaitu faktor dialogis dan faktor psikologis yang dapat dikategorikan sebagai faktor dialogis antara lain usia, kematangan dan kemantapan. Sedangkan yang dapat dikategorikan sebagai psikologis  adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat dan kebiasaan belajar.
2.              Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang sedang belajar yang dapat diklasifiasikan menjadi dua yakni faktor manusia (human) dan faktor non manusia seperti alam, benda, hewan dan lingkungan fisik.[30]

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat diketahui secara garis besar ada dua faktor utama yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Sementara itu pendapat lain mengemukakan bahwa “kegagalan” yang ditemui dalam belajar dapat disebabkan oleh berbagai faktor.
Berbagai faktor dimaksud adalah tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, evaluasi, bahan evaluasi dan suasana evaluasi”.[31]
Jika diamati pendapat tersebut di atas, maka penguraian yang disampaikan oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain  mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar juga dapat dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu faktor yang berasal dari dalam diri murid yang sedang belajar dan juga faktor yang berasal dari luar diri murid yang sedang belajar . Salah satu faktor yang berasal dari luar murid ini adalah guru. Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, maka guru harus mampu menerapkan sistem atau strategi mengajar yang dipandang paling cocok dan sesuai dengan kondisi yang ada. Termasuk menggunakan pendekatan individual sebagai suatu terobosan yang harus dilaksanakan oleh guru terutama dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa.
Dalam kegiatan belajar mengajar guru akan menjadi faktor yang ikut menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan belajar mengajar tersebut. Guru memiliki otoritas penuh dalam pengelolaan dan sistem pengajaran. Oleh karena itu guru harus pandai dalam menerapkan sistem pengajaran dan pendekatan yang ada, termasuk menggunakan pendekatan individual sehingga prestasi belajar siswa dapat dipacu secara maksimal. Gaya mengajar dengan sistem pendekatan individual ini tidak hanya dilaksanakan dalam kelas saja melainkan dapat juga dilanjutkan ketika berada diluar kelas. pendekatan yang dilakukan oleh guru di luar kelas ini akan lebih mendorong siswa untuk selalu aktif dalam mengikuti proses pengajaran di dalam kelas, apabila jika siswa merasa selalu di awasi oleh gurunya, maka ia akan berusaha untuk selalu mengikuti nasehat-nasehatnya.

4.            Pendidikan Agama Islam
4.1    Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam”[32]
Sedangkan pendapat lain Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha secara sistematis dan berencana dalam membantu anak didik agar mereka hidup layak dan bahagia dan juga sejahtera sesuai dengan ajaran agama islam.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama islam adalah suatu usaha yang dilakukan mausia secara sistematis yang diarahkan kepada anak didik agar mereka dapat menanamkan nilai-nilai ajaran islam.
Sebagaimana lazimnya suatu bidang studi yang diajarkan di sekolah, materi keilmuan mata pelajaran pendidikan agama islam mencakup dimensi pengetahuan (Knowledge), ketrampilan (skill), dan nilai (velues).

4.2    Tujuan Pendidikan Agama Islam
         Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai, maka pendidikan merupakan suatu kegiatan usaha yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuan bertahap dan bertingkat.
Pendidikan islam diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakat serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran islam dalam berhubungan dengan allah, dengan manusia selamanya, dapat manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan hidup didunia kini dan diakhirat nanti.
Menurut Zakiah Drajat ada beberapa tujuan pendidikan islam yaitu :
a)            Tujuan Umum
Tujuan umum adalah yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meniputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan.
b)            Tujuan Akhir
Pendidikan islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup didunia telah berakhir pula.
c)            Tujuan Operasional
Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.[33]

Adapun tujuan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 1 Metro adalah agar siswa dapat mengamalkan dan mengembangkan ajaran islam dalam berhubungan dengan Allah dan juga dengan manusia. Siswa dapat mengetahui tentang perintah ajaran islam seperti perintah sholat, membiasakan sodaqoh dan infak, dapat mengetahui mana yang baik maupun yang jelek, dapat membedakan makanan dan minuman yang halal dan yang haram.
4.3        Kurikulum Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Adapun  dimensi dan bidang kajian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dilihat pada tabel berikut :
Table 2
Dimensi  dan bidang kajian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
No
Dimensi
Bidang Kajian
1
Ibadah
1.      Melakukan thaharoh/bersuci
2.      Melakukan sholat wajib
3.      Melakukan adzan dan iqomah
4.      Melakukan sholat jum’at
5.      Melakukan macam – macam sholat sunnah
6.      Melakukan puasa
7.      Melakukan zakat
8.      Melakukan Shodaqoh dan infaq
9.      Memahami hukum Islam tentang makanan, minuman dan binatang
10.  Memahami ketentuan aqiqah dan kurban
11.  Memahami ibadah haji dan umrah
12.  Melakukan zikir dan do’a
13.  Memahami khitan

B.           Kerangka Berfikir dan Paradigma

1. Kerangka Berfikir
Dalam penelitian ini penulis menentukan kerangka berfikir, adapun yang dimaksud dengan kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah sistematika berfikir yang ditetapkan dan yang disajikan, sehingga akan mempermudah dalam penelitian permasalahan yang sebenarnya.
Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagai mana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah yang penting.[34]
Sesuai pengertian di atas maka variabel bebas dalam penelitian ini adalah  motivasi belajar, sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar mata pelajaran pendidikan agama islam. Bertitik tolak dari judul yang penulis kemukakan maka kerangka pikir dalam proposal ini adalah :
1.            Motivasi belajar adalah sebagai pendorong bagi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
2.            Dengan adanya motivasi yang diberikan guru dapat diketahui apaka prestasi belajar mata pelajar pendidikan agama islam tersebut baik ataupun kurang
3.            Dengan demikian motivasi yang baik menyebabkan prestasi belajar siswa akan tinggi.


2.      Paradigma
Paradigma adalah skema yang sederhana tetapi memuat pokok-pokok unsur penelitian yang menunjukan gejala penelitian yang berhubungan antar satu dengan yang lainya.
H
I
P
O
T
E
S
I
S
 
Tuntas
 
Kinerja guru
 
                                                                                                            
Prestasi Belajar

 
 Siswa
 
                                                                                                                                         
Motivasi
 
                             
 


Berdasarkan skema diatas jelaslah bahwa siswa berperan penting dalam peningkatan  prestasi belajar dan dalam prestasi belajar ini bisa berkategori tuntas dan belum tuntas.

C.          Hipotesis Penelitian
Hipotesis (hypo= sebelum:thesis = pernyataan, pendapat) adalah suatu pernyataan yang pada waktu diungkapkan belum diketahui kebenaranya. Tetapi memungkinkan untuk di uji dalam kenyataan empiris.[35]
Sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa hipotesis adalah “suatu jawaban yang bersifat  sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan kebenaranya harus di uji secara empiris”.[36]
 Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah dugaan sementara yang harus dibuktikan kebenaranya oleh faktor yang diperoleh dari hasil penelitian.
Dengan demikian maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut adalah “Ada Hubungan Antara Kinerja Guru Dengan Motivasi Belajar Dan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 1 Metro Tahun Ajaran 2010/2011”


[1] WJS. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cet ke IV, Balai Pustaka, Jakarta, 2007, h. 598-302
[2]  www. Fianka, wordpress. com /2008/09/11/ Pengertian-Kinerja/
[3]  Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Cet ke I, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003, h. 9
[4]  Moh. Uzer Usman, Ibid, h. 7
[5]  Syafruddin Nurdin, et. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Cet. Ke I, Ciputat Pers, Jakarta, 2002, h. 86
[6]  Syafruddin, et. Ibid, h. 92
[7]  Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Cet. Ke I, Bumi Aksara, Bandung, 2001, h. 158
[8]  Sardiman AM. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali Pers, Jakarta, 2000, Cet. Ke 7, h. 73
[9]  M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Cet. Ke 23, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007, h. 71
[10]  Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2004, h. 12
[11]  Departemen Agama RI Al-Hikmah, Al-Quran dan Terjemahan, Cet. Ke X, CV  Diponegoro, 2005, h.   250
[12]  Slameto, Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya, Cet. Ke IV, Rineka Cipta, Jakarta,   2003, h. 2
[13]  Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Ce. Ke IV, Remaja  Rosdakarya, Bandung, 2004, h. 89
[14]  Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Cet. Ke I, Rineka Cipta, 1996, h. 11
[15] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Cet. Ke III, Bumi Aksara, Jakarta, 2003, h. 36
[16]  Departemen Agama RI, Op.cit, h. 272
[17] Sardiman, Op.cit, h. 98
[18] E. Mulyasa, Managemen Berbasis Sekolah, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, h. 107
[19] Cece Wijaya, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Rosdakarya, Bandung, h. 24-25
[20] Nasution, Didaktif Asas-Asas Mengajar, Cet. Ke III, Bumi Aksara, Jakarta, 2004, h. 77
[21] Oemar Hamalik, Op.cit, h. 166
[22] Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Cet. Ke XV, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, h. 29
[23] Syaiful Bahri Djamarah, Op.cit, h. 125
[24] M. Ngalim Purwanto. Op.cit. h. 73
[25] Nasution, Op.cit, h. 76
[26] Ngalim Purwanto, Tehnik-Tehnik Evaluasi, Cet. Ke IV, Remaja Karya, Tarsito, Bandung, 1983, h. 25
[27] Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, Cet. Ke II, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1991, h. 21
[28] Oemar Hamalik, Metode Belajar  dan Kesulitan belajar mengajar, Tarsito, Bandung, 1990, h. 19
[29] WJS. Poerwadarminto, Op.cit, h. 376
[30] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Cet. Ke III, Bumi Aksara, Jakarta, 2003, h. 104
[31] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Op.cit, h. 123
[32] Zakiyah Drajat, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. Ke VI, Bumi Aksara, Jakarta, 2006, h. 19
[33] Zakiyah Drajat, Ibid, h. 30
[34] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Cet. Ke VII,  CV Alfabeta, Bandung, 2009, h. 60
[35] W. Gulo, Metodologi Penelitian, Cet. Ke VI, Jakarta, Grasindo, 2005, h. 57
[36] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, cet. Ke-13, Rineka Cipta, Jakarta, 2006 h. 103
Share this games :

2 komentar:

Komentar yang sopan