Usaha

 photo cooltext934587768.png

Benjolan Jinak Pada Pada Payudara

Benjolan Jinak pada Payudara

Tumor (benjolan) pada payudara, terutama jenis yang ganas pada umumnya tidak memiliki gejala di awal dan hanya dapat dideteksi melalui pemeriksaan fisik secara teliti atau skrining menggunakan mammografi. Selama fase premenstruasi, kebanyakan wanita mengalami pembesaran serta benjolan pada payudaranya serta payudara menjadi mengeras. Hal ini dapat mengaburkan pemeriksaan payudara untuk mencari benjolan yang dicurigai. Pemeriksaan sebaiknya diulangi lagi 1 bulan kemudian atau setelah periode menstruasi berikutnya.

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

Tujuan dari pemeriksaan payudara sendiri adalah mendeteksi dini apabila terdapat benjolan pada payudara, terutama yang dicurigai ganas, sehingga dapat menurunkan angka kematian. Meskipun angka kejadian kanker payudara rendah pada wanita muda, namun sangat penting untuk diajarkan SADARI semasa muda agar terbiasa melakukannya di kala tua. Wanita premenopause (belum memasuki masa menopause) sebaiknya melakukan SADARI setiap bulan, 1 minggu setelah siklus menstruasinya selesai.

Cara melakukan SADARI adalah :
  1. Wanita sebaiknya melakukan SADARI pada posisi duduk atau berdiri menghadap cermin
  2. Pertama kali dicari asimetris dari kedua payudara, kerutan pada kulit payudara, dan puting yang masuk
  3. Angkat lengannya lurus melewati kepala  atau lakukan gerakan bertolak pinggang untuk mengkontraksikan otot pektoralis (otot dada) untuk memperjelas kerutan pada kulit payudara
  4. Sembari duduk / berdiri, rabalah payudara dengan tangan sebelahnya
  5. Selanjutnya sembari tidur, dan kembali meraba payudara dan ketiak
  6. Terakhir tekan puting untuk melihat apakah ada cairan





Gambar 1. SADARI

Pemeriksaan Penunjang

Dua jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi dini benjolan pada payudara adalah mammografi dan ultrasonografi (USG). Teknik yang baru adalah menggunakan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan nuklear skintigrafi. Mammografi adalah metode terbaik untuk mendeteksi benjolan yang tidak teraba namun terkadang justru tidak dapat mendeteksi benjolan yang teraba atau kanker payudara yang dapat dideteksi oleh USG. Mammografi digunakan untuk skrining rutin pada wanita di usia awal 40 tahun untuk mendeteksi dini kanker payudara.

Benjolan jinak pada payudara

Kebanyakan benjolan jinak pada payudara berasal dari perubahan normal pada perkembangan payudara, siklus hormonal, dan perubahan reproduksi. Terdapat 3 siklus kehidupan yang dapat menggambarkan perbedaan fase reproduksi pada kehidupan wanita yang berkaitan dengan perubahan payudara, yaitu :
  1. Pada fase reproduksi awal (15-25 tahun) terdapat pembentukan duktus dan stroma payudara. Pada periode ini umumnya dapat terjadi benjolan FAM dan juvenil hipertrofi (perkembangan payudara berlebihan)
  2. Periode reproduksi matang (25-40 tahun). Perubahan siklus hormonal mempengaruhi kelenjar dan stroma payuddara
  3. Fase ketiga adalah involusi dari lobulus dan duktus yang terjadi sejak usia 35-55 tahun

Jenis-jenis benjolan jinak pada payudara diantaranya adalah :

A. Penyakit Fibrokistik (Fibrokistik Mastopati)
Penyakit fibrokistik atau dikenal juga sebagai mammary displasia adalah benjolan payudara yang sering dialami oleh sebagian besar wanita. Benjolan ini harus dibedakan dengan keganasan. Panyakit fibrokistik pada umumnya terjadi pada wanita berusia 25-50 tahun (>50%)

Tanda dan gejala
Benjolan fibrokistik biasanya multipel (lebih dari 1), keras, serta teraba dan berfluktuasi sesuai dengan siklus menstruasi. Biasanya payudara teraba lebih keras dan benjolan pada payudara membesar sesaat sebelum menstruasi. Gejala tersebut menghilang seminggu setelah menstruasi selesai. Benjolan biasanya menghilang setelah wanita memasuki fase menopause.

Evaluasi
Evaluasi pada wanita dengan penyakit fibrokistik harus dilakukan dengan seksama untuk membedakannya dengan keganasan. Apabila melalui pemeriksaan fisik didapatkan benjolan difus (tidak memiliki batas jelas), terutama berada di bagian atas-luar payudara tanpa ada benjolan yang dominan, maka diperlukan pemeriksaan mammogram dan pemeriksaan ulangan setelah periode menstruasi berikutnya. Apabila keluar cairan dari puting, baik bening, cair, atau kehijauan, sebaiknya diperiksakan tes hemoccult untuk pemeriksaan sel keganasan. Apabila cairan yang keluar dari puting bukanlah darah dan berasal dari beberapa kelenjar, maka kemungkinan benjolan tersebut jinak.

B. Papiloma Intraduktal
Papiloma intraduktal adalah benjolan jinak yang biasanya soliter (satu) dan biasanya ditemukan pada kelenjar utama dekat puting pada lokasi subareolar (sekitar puting). Papiloma intraduktal sering terjadi pada dekade ke-4. Wanita tersebut dapat mengeluhkan keluarnya cairan berupa darah dari salah satu payudara tanpa terabanya massa atau benjolan di payudara. Penyebab tersering hal tersebut adalah papiloma intraduktal. Benjolan yang ada tidak teraba karena biasanya berukuran < 5 mm. Mammografi sebaiknya dilakukan untuk menyingkirkan keganasan karena biasanya keganasan memiliki gejala keluarnya darah dari puting.

Tatalaksana
Eksisi lokal atau pengambilan benjolan dari payudara merupakan terapi utama. Hal ini dapat dilakukan dengan bius lokal. Apabila biopsi pada benjolan menunjukkan hasil atipikal hiperplasia pada papiloma ini, maka risiko kanker payudara meningkat dibandingkan dengan hasil penyakit proliferatif dengan atipia.

C. Fibroadenoma
Fibroadenoma atau sering dikenal dengan Fibroadenoma Mamma (FAM) merupakan tumor jinak yang paling sering terjadi pada payudara wanita. FAM biasanya terjadi pada wanita muda atau remaja. Sebelum usia 25 tahun, FAM lebih sering terjadi dibandingkan kista payudara. FAM jarang terjadi setelah masa menopause, yang berarti bahwa FAM responsif terhadap rangsangan estrogen.

Tanda dan Gejala
FAM dapat multipel. Biasanya wanita muda menyadari terdapatnya benjolan pada payudara ketika sedang mandi atau berpakaian. Kebanyakan benjolan berdiameter 2-3 cm, namun FAM dapat tumbuh dengan ukuran yang lebih besar (giant fibroadenoma). Pada pemeriksaan, benjolan FAM kenyal dan halus. Benjolan tersebut tidak menimbulkan reaksi radang (merah, nyeri, panas), mobile (dapat digerakkan) dan tidak menyebabkan pengerutan kulit payudara ataupun retraksi puting (puting masuk). Benjolan tersebut berlobus-lobus.

Pemeriksaan mammografi menghasilkan gambaran yang jelas jinak berupa rata dan memiliki batas jelas. Wanita dengan FAM simpel tanpa penampakan histologi komplek dan tanpa penyakit proliferatif pada parenkim payudara tidak memiliki peningkatan risiko kanker payudara.

Tatalaksana
Pada saat FAM diketahui, diagnosis ini dikonfirmasi dengan biopsi atau analisis sitologi (sel). Biopsi tersebut dapat mengkonfirmasi adanya sel keganasan.

D. Tumor Filodes Jinak
Tumor filodes atau dikenal dengan sistosarkoma filodes adalah tumor fibroepitelial yang ditandai dengan hiperselular stroma dikombinasikan dengan komponen epitel. Tumor filodes umum terjadi pada dekade 5 atau 6. Benjolan ini jarang bilateral (terdapat pada kedua payudara), dan biasanya muncul sebagai benjolan yang terisolasi dan sulit dibedakan dengan FAM. Ukuran bervariasi, meskipun tumor filodes biasanya lebih besar dari FAM, mungkin karena pertumbuhannya yang cepat.

Berdasarkan pemeriksaan histologi (sel), diketahui bahwa tumor filodes jinak berkisar 10%, dimana tumor filodes ganas berkisar 40%.

Tatalaksana
Tumor yang besar dan ganas dengan batas infiltratif mungkin membutuhkan mastektomi (pengambilan jaringan payudara). Mastektomi sebaiknya dihindari apabila memungkinkan. Apabila pemeriksaan patologi memberikan hasil tumor filodes ganas, maka re-eksisi komplit dari seluruh area harus dilakukan agar tidak ada sel keganasan yang tersisa.

Nifas

Definisi
Masa nifas mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti sedia kala dalam waktu 3 bulan.
1.      Post natal suatu periode yang tidak kurang dari 10 atau lebih dari 28 hari setelah akhir persalinan, dimana selama waktu itu kehadiran yang kontinue dan bidan kepada ibu dan bayi sedang di perlukan (The midwife’s rule, UKCC 1993)
2.      Masa nifas di mulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas kurang lebih selama 6 minggu (Syaifudin 2002).
3.      Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003).
4.      Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari,2000:122).
5.      Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).
6.      Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6- 12 minggu. ( Ibrahim C, 1998).
7.      Dapat disimpulkan bahwa masa nifas adalah masa peralihan alat-alat kandungan setelah melahirkan yang berangsur kira-kira 6 minggu dan kembali seperti keadaan sebelum ada kehamilan memerlukan waktu selama 3 bulan (Prawirohardjo, 1991).

Tujuan Asuhan Masa Nifas
Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas untuk :
1.      Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2.      Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3.      Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari.
4.      Memberikan pelayanan keluarga berencana.
5.      Mendapatkan kesehatan emosi.

Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :
1.      Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.
2.      Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3.      Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
4.      Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
5.      Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6.      Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
7.      Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
8.      Memberikan asuhan secara professional.

Tahapan Masa Nifas
Masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu :
  1. Puerperium dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan.
  1. Puerperium intermedial
Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih enam minggu.
  1. Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dlam keadaan sempurna terutama ibu bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.

Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
1.      Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2.      Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3.      Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4.      Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.

Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisional, yaitu :
1.      Perubahan fisik
2.      Involusi uterus dan pengeluaran lochea
3.      Laktasi dan pengeluaran ASI
4.      Perubahan sistem tubuh lainnya
5.      Perubahan psikiis


Gambar Klinis
Perubahan terjadi pada masa nifas menurut (Mochtar 1998)
a. Sistem Vaskuler
Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sampai 300-500 cc. Bila melalui 5c kehilangan darah dapat 2x lipat, perubahan yang terjadi dari blood volume (Vol darah) dan hemotokrit (hemo konsentrasi ) dari baru stabil setelah 4-6 minggu.

b. Sistem reproduksi
1. Involusi rahim terjadi sebab :
Setelah plasenta uterus akan mengeras karena kontraksi dan reaksi pada otot-ototnya setelah lahir berat uterus 1000 gr, seminggu kemudian 500 gr, 2 minggu post partum 375 gr dan akhir peurperium 50 gr (normal 40-60), induksi terjadi karena masing-masing sel menjadi lebih kecil. Karena cytoplasma yang berlebihan dibuang.

2. Involusi tempat pada plasenta
Setelah persalinan tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan, luka ini cepat mengecil pada akhir minggu kedua hanya sebesar 3-4 cm, pada akhir nifas 1-2 cm, penyembuhan luka bekas plasenta lekas sekali sembuh tidak menimbulkan parut.

3. Perubahan serviks dan vagina
Beberapa hari setelah post partum, ostium uteri internum dapat dilalui 2 jari pinggirnya tidak rata, retak-retak karena persalinan.

4. Lochea
Yaitu cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina dalam masa nifas, sifat lochea alkalis jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir sewaktu menstruasi, cairan berasal dan melekatanya plasenta.

5. Buah dada / laktasi
Hormon progesteron dan estrogen menghambat pengeluaran prolaktin. Dengan lahirnya plasenta kadar estrogen dan progesteron menurun sehingga menekan prolaktin dalam darah dan merangsang sel-sel acini untuk produksi ASI.

6. Sistem perkemihan
Dinding kandung kemih memperlihatkan oedema dan hyperemia, kadang-kadang oedema tergonium pada hypermia kandung kemih selama nifas kurang sensitive dan kapasitas kandung kemih juga bertambah.

7.  Tanda-tanda vital
a.   Suhu tubuh post partum meningkat 37,5-380C karena kerja keras waktu persalinan.
b.   Nadi sehabis melahirkan : 100x/mnt, karena kelelahan, perdarahan, nyeri dan infeksi
c.   Tekanan darah, biasanya tidak berubah kemungkinan karena adanya perdarahan
d. Pernapasan, bila suhu dan denyut nadi tidak normal pernafasan akan mengikutinya


8. Gastro Intestinal
Biasanya ibu mengalami opstipasi setelah melahirkan. Hal ini karena alat pencernaan mendapat tekanan waktu melahirkan, dehidrasi, hemmoroid, dan laserasi jalan lahir, supaya BAB kembali lancar dapt diberikan makanan yang mengandung serat, serta pemberian cairan yang cukup.

9. Otot-otot Abdominal
Setelah persalinan dinding perut longgar karena direngang begitu lama, tetapi biasanya pebuh kembali dalam waktu 6 minggu pada waktu esthemis, terjadi distosis dan otot-otot uterus rectus abdominus untuk mengencngkan kembali oto-otot perut dilakukan senam nifas.

10. Perubahan Psikis
Kebanyakan wanita dalma minggu pertama setelah melahirkan menemukan gejala-gejala depresi dari tingkat ringan sampai berat.
Faktor-faktor yang menyebabkan antara lain :
a.       Kekuatan yang berlebihan dalam masa hamil
b.      Riwayat psikiatri yang abnormal
c.       Riwayat perkawinan yang abnormal
d.      Riwayat obstetri yang abnormal
e.       Riwayat kelahiran mati/cacat
f.       Penyebab lain


Penata laksanaan kebidnan pasca persalinan
Frekuensi kanjungan masa nifas menurut Prawirohardjo (2002) yaitu  :
Kunjungan
Waktu

I
6  jam setelah persalinan
·    Mencegah peredaran masa nifas karena atonia uteri
·    Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, jika perdarahan berlanjut
·    Membersihkan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
·    Pemberian ASI awal
·    Melakukan hubungan antara ibu dan BBL
·    Mencegah bayi sehat dengan cara mencegah hipotermi Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah melahirkan, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil

II
6 hari setelah persalinan
·    Memastikan involusi uterus berjalan normal, tidak ada bau
·    Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
·    Memastikan ibu untuk mendapatkna cuukp makanan cairan dan istirahat
·    Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda penyakit
·    Memberikan konseling pada ibu emgnenai asuhan pada bayi dan tali pusat menjaga bayi tetap hangat dan merawat sehari-hari
III
2 minggu setelah persalinan
·    Memastikan involusi uterus berjalan normal, tidak ada bau
·    Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
·    Memastikan ibu untuk mendapatkan cukup makanan cairan dan istirahat
·    Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda penyakit
·    Memberikan konseling pada ibu emgnenai asuhan pada bayi dan tali pusat menjaga bayi tetap hangat dan merawat sehari-hari
IV
6 minggu setelah persalinan
·    Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami
·    Memberikan konseling KB secara dini
Pengertian dan penanganan infeksi ruptur perineum
a. Pengertian Infeksi Ruptur Perineum
Adalah infeksi yang disertai pembengkakan dan kemerahan pada luka di perineum.
b. Penyebab
a. Karena bekas sayatan epistiotomi sehingga jahitan mudah lepas atau karena ruptur luka terbuka dan menjadi ulkus yang disertai dengan pus.
b. Kedaan yang kurang bersih dan tindakan pencegahan infeksi yang kurang baik.
c. Tanda dan Gejala
a. Gejala yang selalu ada :
1. Demam
2. Nyeri tekanan pada perut bagian bawah
3. Gatal-gatal
b. Gejala yang kadang ada
1. Nyeri lepas
2. Perut kembung
3. Merah dibagian perineum
4. Mual munth
5. Syok
d. Penanganan
a. Abses, seroma dan hematoma pada luka
a.   Jika terdapat pus atu cairan, bukanlah luka dan drain luka tersebut
b.   Angkat kulit yang nekrotin dan jahitan subkutikuler tetapi jangan angkat jahitan fasia
c.   Jika terdapat abses tanpa selulitis, tidak perlu diberikan antibiotika. Kompres luka
d.   Minta pasien mengganti kompres sendiri, ganti pembalut, baju juga personal hygien

b. Abses dengan selulitis dan fasitis nekrotika :
a.   Jika terdapat pus atau cairan, buka dan drain luka tersebut
b.   Angkat kulit yang nekrotin dan jahitan subkutis dan lakukan debridemen jangan angkat jahitan fasia
c.   Jika infeksi hanya super fioal dan tidak meliputi jaringan dalam, pantau akan timbulnya abses dan berikan antibiotika
a.       Ampisilin 500 mg peroral 4 kali sehari selama 5 hari
b.      Ditambah metronida zole 400 mg peroral 3 kali sehari 5 hari

Pengkajian
Pengkajian Awal
1. Dimulai sejak persalinan yang meliputi keadaan prenatal setelah persalinan
a. Gravida, Partus, abortus
b. Umur kehamilan
c. Penyakit kelamin
d. Lama proses persalinan


2. Perawatan dan kemajuan selama 1-4 jam post partum
a. Pendarahan Post partum
b. Pre eklemsi dan eklampsi
c. Depresi mental
d. Keadaan umum dan tanda vital
e. Uterus, TPU, dan kontraksi
f. Lochea
g. Vulva
h. Perineum
i. Rectum
j. Vesika Urinaria
3. Sistem Reproduksi
a) Uterus
Di observasi setiap 8 jam hari berturut-turut :
  1. Warnanya, bnyaknya, dan bunya
  2. Ibu diberi tahu bahwa i9a harus mencatat pengeluaran lochea selama kurang lebih 2 minggu
c) Perineum dilihat setiap 8 jam untuk :
1. Mengetahui tanda-tanda Infeksi
2. Luka jahitan perineum baik/tidak
3. Apakah jahitan lepas

d) Vulva oedema atau tidak
e) Buah dada di lihat setiap 8 jam
1. Areola mammae, bersih atau tidak, papilia menonjoll/tidak
2. Konsistensi
3. Kolostrum
4. Pengeluaran ASI
f) Traktus Urinaris
g) Traktus gastro intensital
h) Selera makan ibu, defekasi, Status emosi

Diagnosa
Untuk menentukan diagnosa berdsarkan keadaan dan keluhan pasien, misal :
1.      Gangguan pola tidur
2.      Dehidrasi
3.      Bendungan ASI
4.      Gangguan integrasi kulit
5.      Personal hygiene

Perencanaan
Disesuaikan dengan diagnosa yang muncul. Adapun tujun perawatan nifas adalah
a.       Memulihkan kesehatan pisik dan mental ibu
b.      Mencegah terjadinya infeksi dan komplikasi
Pelaksanaan
a. Memenuhi kebutuhn gizi yang diperlukan :
1. Kalori      : 2800 CL
2. Protein     : 58 gr
3. Clsium     : 1,1 gr
4. Fe                        : 32 gr
5. Vit A       : 60 IU
6. Vit B       : 1,1 GR
7. Ribflavin : 1,4 gr
8. Niacin      : 15 mg
9. Vit C       : 50 mg
b. Kebutuhan diri dan lingkungan
a) Personal hygiene           :     Mandi kebersihan puting susu
b) Kebersihan lingkungan :     Tempat tidur, kebersihan kloset, mencegah terjadinya infeksi silang

c. Perawatan Perineum
a.     Setelah luka perineum di bersihkan, di tutup dengan kasa steril baru dipasang pembalut
b.     Ibu tidak boleh menyentuh daerah luka kecuali waktu membersihknnya. Untuk menghindari terjadinya infeksi dan abses berlanjut pada luka kembali.
c.     Kasa diganti setiap kali habis BAK/BAB
d.     Setiap kali BAK/BAB, perineum harus dibersihkan secara rutin dengan sabun yang lembut minimal 1x sehari mulai dari sinfisis sampai ke anus
e.     Ibu harus mengganti pembalut minimal 4x sehari. Sesudah atuu sebelum mengganti pembalut harus cuci tangan terlebih dahulu.

d. Perawatan Episiotomi
Parturien dengan episiotomi diberikan Sit bath (terapi mandi dengan posisi duduk) minimal 2 kali suhu air rata-rata 37-380C setelah selesai sit bath luka episiotomi di keringkan dengan lampu pijar

e. Perawatan Haemoroid
Yaitu dengan memberikan kompres dingin dengan es. Caranya dimasukan ke dalam sarung karet kemudian dimasukan ke dalam anus, tidak boleh > 20 menit diulang tiap 4 jam, ibu diajar cara memasukan hameroid dengan jari yang diolesi dengan vaselin.

f. Fluminsi
1)   Miksi disebut normal apabila dapat BAK setiap 3-4 jam. Bila ibu tidak dapat BAK sendiri maka dilakukan :
a. Dirangsang dengan mengalirkan air di dekat pasien
b. Kompres dengan air hangat
c. Sambil sit bth ibu disuruh BAK sendiri
2)   Defekasi
      Bisanya 2-3 hari post partum sudah BAB maka sebaiknya diusahakan diberi Laxan/ Parafin atau diberi laxan supposutoria dan minum air hangat, lakukan diet teratur, pemberian cairan yang banyak dan olah raga.
g. Laktasi
a. Menjaga kebersihan payudara
b. Memasukan segera setelah bayi lahir
c. Breast care pada hari pertama/ ke-2 post partum dan teknik menyusui




















Referensi
Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
borneo-ufi.blog.friendster.com/2008/07/konsep-nifas-eklamsi-forceps/ diunduh 1 September 2009: 20.00 WIB.
Ibrahim, Christin S, 1993, Perawatan Keebidanan (Perawatan Nifas), Bharata Niaga Media Jakarta
masanifas.blogspot.com/ diunduh 1 September 2009: 20.10 WIB.
Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.
Jakarta: Salemba Medika.
Suherni, 2008. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.