Definisi
Masa nifas mulai setelah partus selesai dan
berakhir setelah kira-kira 6 minggu akan tetapi seluruh alat genetalia baru
pulih kembali seperti sedia kala dalam waktu 3 bulan.
1. Post natal suatu
periode yang tidak kurang dari 10 atau lebih dari 28 hari setelah akhir
persalinan, dimana selama waktu itu kehadiran yang kontinue dan bidan kepada
ibu dan bayi sedang di perlukan (The midwife’s rule, UKCC 1993)
2. Masa nifas di mulai
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas kurang lebih selama 6 minggu (Syaifudin
2002).
3. Masa nifas adalah
masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah
melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003).
4.
Masa nifas
dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu.
(Abdul Bari,2000:122).
5.
Masa nifas
merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi
minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak
hamil yang normal. (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).
6.
Masa nifas
adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk
memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6- 12 minggu. (
Ibrahim C, 1998).
7.
Dapat
disimpulkan bahwa masa nifas adalah masa peralihan alat-alat kandungan setelah
melahirkan yang berangsur kira-kira 6 minggu dan kembali seperti keadaan
sebelum ada kehamilan memerlukan waktu selama 3 bulan (Prawirohardjo, 1991).
Tujuan Asuhan Masa Nifas
Tujuan dari pemberian asuhan pada masa
nifas untuk :
1. Menjaga kesehatan ibu
dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2. Melaksanakan
skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk bila
terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat
menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari.
4.
Memberikan
pelayanan keluarga berencana.
5.
Mendapatkan
kesehatan emosi.
Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan
post partum. Adapun
peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :
1. Memberikan
dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu
untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.
2. Sebagai
promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3. Mendorong
ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
4.
Membuat
kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan mampu
melakukan kegiatan administrasi.
5.
Mendeteksi
komplikasi dan perlunya rujukan.
6.
Memberikan
konseling untuk
ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda
bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
7.
Melakukan
manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana
tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah
komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
8.
Memberikan
asuhan secara professional.
Tahapan Masa Nifas
Masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan,
yaitu :
- Puerperium dini
Suatu masa kepulihan dimana
ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan.
- Puerperium intermedial
Suatu masa dimana kepulihan
dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih enam minggu.
- Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk
pulih dan sehat kembali dlam keadaan sempurna terutama ibu bila ibu selama
hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.
Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kebijakan program nasional pada masa nifas
yaitu paling sedikit empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan
untuk :
1. Menilai kondisi
kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan
terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan
bayinya.
3.
Mendeteksi
adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4.
Menangani
komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun
bayinya.
Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisional, yaitu :
1.
Perubahan
fisik
2.
Involusi
uterus dan pengeluaran lochea
3.
Laktasi
dan pengeluaran ASI
4.
Perubahan
sistem tubuh lainnya
5.
Perubahan psikiis
Gambar Klinis
Perubahan terjadi pada masa nifas menurut (Mochtar 1998)
a. Sistem Vaskuler
Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sampai
300-500 cc. Bila melalui 5c kehilangan darah dapat 2x lipat, perubahan yang
terjadi dari blood volume (Vol darah) dan hemotokrit (hemo konsentrasi ) dari
baru stabil setelah 4-6 minggu.
b. Sistem reproduksi
1. Involusi rahim terjadi sebab :
Setelah plasenta
uterus akan mengeras karena kontraksi dan reaksi pada otot-ototnya setelah
lahir berat uterus 1000 gr, seminggu kemudian 500 gr, 2 minggu post partum 375
gr dan akhir peurperium 50 gr (normal 40-60), induksi terjadi karena
masing-masing sel menjadi lebih kecil. Karena cytoplasma yang berlebihan
dibuang.
2. Involusi tempat pada plasenta
Setelah persalinan
tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasar, tidak rata dan
kira-kira sebesar telapak tangan, luka ini cepat mengecil pada akhir minggu
kedua hanya sebesar 3-4 cm, pada akhir nifas 1-2 cm, penyembuhan luka bekas
plasenta lekas sekali sembuh tidak menimbulkan parut.
3. Perubahan serviks dan vagina
Beberapa hari setelah
post partum, ostium uteri internum dapat dilalui 2 jari pinggirnya tidak rata,
retak-retak karena persalinan.
4. Lochea
Yaitu cairan yang
dikeluarkan uterus melalui vagina dalam masa nifas, sifat lochea alkalis jumlah
lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir sewaktu menstruasi, cairan
berasal dan melekatanya plasenta.
5. Buah dada / laktasi
Hormon progesteron dan
estrogen menghambat pengeluaran prolaktin. Dengan lahirnya plasenta kadar
estrogen dan progesteron menurun sehingga menekan prolaktin dalam darah dan
merangsang sel-sel acini untuk produksi ASI.
6. Sistem perkemihan
Dinding kandung kemih
memperlihatkan oedema dan hyperemia, kadang-kadang oedema tergonium pada hypermia
kandung kemih selama nifas kurang sensitive dan kapasitas kandung kemih juga
bertambah.
7.
Tanda-tanda vital
a. Suhu tubuh post partum meningkat
37,5-380C karena kerja keras waktu persalinan.
b. Nadi sehabis melahirkan :
100x/mnt, karena kelelahan, perdarahan, nyeri dan infeksi
c. Tekanan darah, biasanya tidak
berubah kemungkinan karena adanya perdarahan
d. Pernapasan, bila suhu dan denyut nadi tidak normal pernafasan akan
mengikutinya
8. Gastro Intestinal
Biasanya ibu mengalami
opstipasi setelah melahirkan. Hal ini karena alat pencernaan mendapat tekanan
waktu melahirkan, dehidrasi, hemmoroid, dan laserasi jalan lahir, supaya BAB
kembali lancar dapt diberikan makanan yang mengandung serat, serta pemberian
cairan yang cukup.
9. Otot-otot Abdominal
Setelah persalinan dinding
perut longgar karena direngang begitu lama, tetapi biasanya pebuh kembali dalam
waktu 6 minggu pada waktu esthemis, terjadi distosis dan otot-otot uterus
rectus abdominus untuk mengencngkan kembali oto-otot perut dilakukan senam
nifas.
10. Perubahan Psikis
Kebanyakan wanita dalma minggu
pertama setelah melahirkan menemukan gejala-gejala depresi dari tingkat ringan
sampai berat.
Faktor-faktor yang menyebabkan antara lain :
a. Kekuatan yang
berlebihan dalam masa hamil
b.
Riwayat psikiatri
yang abnormal
c.
Riwayat
perkawinan yang abnormal
d.
Riwayat
obstetri yang abnormal
e.
Riwayat
kelahiran mati/cacat
f.
Penyebab
lain
Penata laksanaan kebidnan pasca persalinan
Frekuensi kanjungan masa nifas menurut Prawirohardjo (2002)
yaitu :
Kunjungan
|
Waktu
|
|
I
|
6 jam setelah persalinan
|
· Mencegah peredaran masa nifas karena atonia
uteri
· Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, jika perdarahan berlanjut
· Membersihkan konseling pada ibu atau salah
satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
uteri
· Pemberian ASI awal
· Melakukan hubungan antara ibu dan BBL
· Mencegah bayi sehat dengan cara mencegah
hipotermi Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan
ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah melahirkan, atau sampai
ibu dan bayi dalam keadaan stabil
|
II
|
6
hari setelah persalinan
|
· Memastikan involusi uterus berjalan normal,
tidak ada bau
· Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi
atau perdarahan abnormal
· Memastikan ibu
untuk mendapatkna cuukp makanan cairan dan istirahat
· Memastikan ibu
menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda penyakit
· Memberikan
konseling pada ibu emgnenai asuhan pada bayi dan tali pusat menjaga bayi
tetap hangat dan merawat sehari-hari
|
III
|
2
minggu setelah persalinan
|
· Memastikan involusi uterus berjalan normal,
tidak ada bau
· Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi
atau perdarahan abnormal
· Memastikan ibu
untuk mendapatkan cukup makanan cairan dan istirahat
· Memastikan ibu
menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda penyakit
· Memberikan
konseling pada ibu emgnenai asuhan pada bayi dan tali pusat menjaga bayi
tetap hangat dan merawat sehari-hari
|
IV
|
6
minggu setelah persalinan
|
· Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit
yang ia atau bayi alami
· Memberikan konseling KB secara dini
|
Pengertian dan penanganan infeksi ruptur perineum
a. Pengertian Infeksi Ruptur Perineum
Adalah infeksi yang disertai
pembengkakan dan kemerahan pada luka di perineum.
b. Penyebab
a. Karena bekas sayatan epistiotomi sehingga
jahitan mudah lepas atau karena ruptur luka terbuka dan menjadi ulkus yang
disertai dengan pus.
b. Kedaan yang kurang bersih dan tindakan
pencegahan infeksi yang kurang baik.
c. Tanda dan Gejala
a. Gejala
yang selalu ada :
1. Demam
2. Nyeri
tekanan pada perut bagian bawah
3.
Gatal-gatal
b. Gejala
yang kadang ada
1. Nyeri
lepas
2. Perut
kembung
3. Merah
dibagian perineum
4. Mual munth
5. Syok
d. Penanganan
a. Abses, seroma dan
hematoma pada luka
a. Jika terdapat pus atu cairan,
bukanlah luka dan drain luka tersebut
b. Angkat kulit yang nekrotin dan
jahitan subkutikuler tetapi jangan angkat jahitan fasia
c. Jika terdapat abses tanpa
selulitis, tidak perlu diberikan antibiotika. Kompres luka
d. Minta pasien mengganti kompres
sendiri, ganti pembalut, baju juga personal hygien
b. Abses dengan selulitis dan
fasitis nekrotika :
a. Jika terdapat pus atau cairan,
buka dan drain luka tersebut
b. Angkat kulit yang nekrotin dan
jahitan subkutis dan lakukan debridemen jangan angkat jahitan fasia
c. Jika infeksi hanya super fioal
dan tidak meliputi jaringan dalam, pantau akan timbulnya abses dan berikan
antibiotika
a.
Ampisilin
500 mg peroral 4 kali sehari selama 5 hari
b.
Ditambah
metronida zole 400 mg peroral 3 kali sehari 5 hari
Pengkajian
Pengkajian Awal
1. Dimulai sejak persalinan yang meliputi keadaan prenatal setelah
persalinan
a. Gravida, Partus, abortus
b. Umur kehamilan
c. Penyakit kelamin
d. Lama proses persalinan
2. Perawatan dan kemajuan selama 1-4 jam post partum
a. Pendarahan Post
partum
b. Pre eklemsi dan
eklampsi
c. Depresi mental
d. Keadaan umum dan
tanda vital
e. Uterus, TPU, dan
kontraksi
f. Lochea
g. Vulva
h. Perineum
i. Rectum
j. Vesika Urinaria
3. Sistem Reproduksi
a) Uterus
Di observasi setiap 8 jam hari
berturut-turut :
- Warnanya, bnyaknya, dan bunya
- Ibu diberi tahu bahwa i9a harus mencatat pengeluaran lochea selama kurang lebih 2 minggu
c) Perineum dilihat setiap 8 jam untuk :
1. Mengetahui tanda-tanda
Infeksi
2. Luka jahitan perineum
baik/tidak
3. Apakah jahitan lepas
d) Vulva oedema atau tidak
e) Buah dada di lihat setiap 8 jam
1. Areola mammae, bersih atau tidak, papilia
menonjoll/tidak
2. Konsistensi
3. Kolostrum
4. Pengeluaran ASI
f) Traktus Urinaris
g) Traktus gastro intensital
h) Selera makan ibu, defekasi, Status emosi
Diagnosa
Untuk menentukan diagnosa
berdsarkan keadaan dan keluhan pasien, misal :
1.
Gangguan
pola tidur
2.
Dehidrasi
3.
Bendungan
ASI
4.
Gangguan
integrasi kulit
5.
Personal
hygiene
Perencanaan
Disesuaikan dengan
diagnosa yang muncul. Adapun tujun perawatan nifas
adalah
a. Memulihkan kesehatan
pisik dan mental ibu
b.
Mencegah
terjadinya infeksi dan komplikasi
Pelaksanaan
a. Memenuhi kebutuhn gizi yang diperlukan :
1. Kalori : 2800 CL
2. Protein : 58 gr
3. Clsium : 1,1 gr
4. Fe : 32 gr
5. Vit A : 60 IU
6. Vit B : 1,1 GR
7. Ribflavin : 1,4
gr
8. Niacin : 15
mg
9. Vit C : 50 mg
b. Kebutuhan diri dan lingkungan
a) Personal hygiene : Mandi
kebersihan puting susu
b) Kebersihan lingkungan : Tempat tidur, kebersihan
kloset, mencegah terjadinya infeksi silang
c. Perawatan Perineum
a. Setelah luka perineum di
bersihkan, di tutup dengan kasa steril baru dipasang pembalut
b. Ibu tidak boleh menyentuh
daerah luka kecuali waktu membersihknnya. Untuk menghindari terjadinya infeksi
dan abses berlanjut pada luka kembali.
c. Kasa diganti setiap kali habis BAK/BAB
d. Setiap kali BAK/BAB, perineum harus
dibersihkan secara rutin dengan sabun yang lembut minimal 1x sehari mulai dari
sinfisis sampai ke anus
e. Ibu harus mengganti pembalut minimal 4x
sehari. Sesudah atuu sebelum mengganti pembalut harus cuci tangan terlebih
dahulu.
d. Perawatan Episiotomi
Parturien dengan episiotomi diberikan Sit bath (terapi
mandi dengan posisi duduk) minimal 2 kali suhu air rata-rata 37-380C
setelah selesai sit bath luka episiotomi di keringkan dengan lampu pijar
e. Perawatan Haemoroid
Yaitu dengan memberikan kompres dingin dengan es.
Caranya dimasukan ke dalam sarung karet kemudian dimasukan ke dalam anus, tidak
boleh > 20 menit diulang tiap 4 jam, ibu diajar cara memasukan hameroid
dengan jari yang diolesi dengan vaselin.
f. Fluminsi
1) Miksi disebut normal apabila
dapat BAK setiap 3-4 jam. Bila ibu tidak dapat BAK
sendiri maka dilakukan :
a. Dirangsang dengan mengalirkan air
di dekat pasien
b. Kompres dengan air hangat
c. Sambil sit bth ibu disuruh BAK
sendiri
2) Defekasi
Bisanya 2-3 hari post partum sudah BAB
maka sebaiknya diusahakan diberi Laxan/ Parafin atau diberi laxan supposutoria
dan minum air hangat, lakukan diet teratur, pemberian cairan yang banyak dan
olah raga.
g. Laktasi
a. Menjaga kebersihan payudara
b. Memasukan segera setelah
bayi lahir
c. Breast care pada hari
pertama/ ke-2 post partum dan teknik menyusui
Referensi
Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
borneo-ufi.blog.friendster.com/2008/07/konsep-nifas-eklamsi-forceps/ diunduh 1 September 2009: 20.00 WIB.
Ibrahim, Christin S, 1993, Perawatan Keebidanan (Perawatan Nifas), Bharata Niaga Media Jakarta
masanifas.blogspot.com/ diunduh 1 September 2009: 20.10 WIB.
Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Suherni, 2008. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
borneo-ufi.blog.friendster.com/2008/07/konsep-nifas-eklamsi-forceps/ diunduh 1 September 2009: 20.00 WIB.
Ibrahim, Christin S, 1993, Perawatan Keebidanan (Perawatan Nifas), Bharata Niaga Media Jakarta
masanifas.blogspot.com/ diunduh 1 September 2009: 20.10 WIB.
Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Suherni, 2008. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar yang sopan