Benjolan
Jinak pada Payudara
Tumor (benjolan)
pada payudara, terutama jenis yang ganas pada umumnya tidak memiliki gejala di
awal dan hanya dapat dideteksi melalui pemeriksaan fisik secara teliti atau
skrining menggunakan mammografi. Selama fase premenstruasi, kebanyakan wanita
mengalami pembesaran serta benjolan pada payudaranya serta payudara menjadi
mengeras. Hal ini dapat mengaburkan pemeriksaan payudara untuk mencari benjolan
yang dicurigai. Pemeriksaan sebaiknya diulangi lagi 1 bulan kemudian atau setelah
periode menstruasi berikutnya.
Pemeriksaan
Payudara Sendiri (SADARI)
Tujuan dari
pemeriksaan payudara sendiri adalah mendeteksi dini apabila terdapat benjolan
pada payudara, terutama yang dicurigai ganas, sehingga dapat menurunkan angka
kematian. Meskipun angka kejadian kanker payudara rendah pada wanita muda,
namun sangat penting untuk diajarkan SADARI semasa muda agar terbiasa
melakukannya di kala tua. Wanita premenopause (belum memasuki masa menopause)
sebaiknya melakukan SADARI setiap bulan, 1 minggu setelah siklus menstruasinya
selesai.
Cara
melakukan SADARI adalah :
- Wanita sebaiknya melakukan SADARI pada posisi duduk atau berdiri menghadap cermin
- Pertama kali dicari asimetris dari kedua payudara, kerutan pada kulit payudara, dan puting yang masuk
- Angkat lengannya lurus melewati kepala atau lakukan gerakan bertolak pinggang untuk mengkontraksikan otot pektoralis (otot dada) untuk memperjelas kerutan pada kulit payudara
- Sembari duduk / berdiri, rabalah payudara dengan tangan sebelahnya
- Selanjutnya sembari tidur, dan kembali meraba payudara dan ketiak
- Terakhir tekan puting untuk melihat apakah ada cairan
Gambar 1. SADARI
Pemeriksaan
Penunjang
Dua jenis alat
yang digunakan untuk mendeteksi dini benjolan pada payudara adalah mammografi
dan ultrasonografi (USG). Teknik yang baru adalah menggunakan Magnetic
Resonance Imaging (MRI) dan nuklear skintigrafi. Mammografi adalah metode
terbaik untuk mendeteksi benjolan yang tidak teraba namun terkadang justru
tidak dapat mendeteksi benjolan yang teraba atau kanker payudara yang dapat
dideteksi oleh USG. Mammografi digunakan untuk skrining rutin pada wanita di
usia awal 40 tahun untuk mendeteksi dini kanker payudara.
Benjolan
jinak pada payudara
Kebanyakan
benjolan jinak pada payudara berasal dari perubahan normal pada perkembangan
payudara, siklus hormonal, dan perubahan reproduksi. Terdapat 3 siklus
kehidupan yang dapat menggambarkan perbedaan fase reproduksi pada kehidupan
wanita yang berkaitan dengan perubahan payudara, yaitu :
- Pada fase reproduksi awal (15-25 tahun) terdapat pembentukan duktus dan stroma payudara. Pada periode ini umumnya dapat terjadi benjolan FAM dan juvenil hipertrofi (perkembangan payudara berlebihan)
- Periode reproduksi matang (25-40 tahun). Perubahan siklus hormonal mempengaruhi kelenjar dan stroma payuddara
- Fase ketiga adalah involusi dari lobulus dan duktus yang terjadi sejak usia 35-55 tahun
Jenis-jenis
benjolan jinak pada payudara diantaranya adalah :
A. Penyakit
Fibrokistik (Fibrokistik Mastopati)
Penyakit
fibrokistik atau dikenal juga sebagai mammary displasia adalah benjolan
payudara yang sering dialami oleh sebagian besar wanita. Benjolan ini harus
dibedakan dengan keganasan. Panyakit fibrokistik pada umumnya terjadi pada
wanita berusia 25-50 tahun (>50%)
Tanda dan gejala
Benjolan
fibrokistik biasanya multipel (lebih dari 1), keras, serta teraba dan
berfluktuasi sesuai dengan siklus menstruasi. Biasanya payudara teraba lebih
keras dan benjolan pada payudara membesar sesaat sebelum menstruasi. Gejala
tersebut menghilang seminggu setelah menstruasi selesai. Benjolan biasanya
menghilang setelah wanita memasuki fase menopause.
Evaluasi
Evaluasi pada
wanita dengan penyakit fibrokistik harus dilakukan dengan seksama untuk
membedakannya dengan keganasan. Apabila melalui pemeriksaan fisik didapatkan
benjolan difus (tidak memiliki batas jelas), terutama berada di bagian
atas-luar payudara tanpa ada benjolan yang dominan, maka diperlukan pemeriksaan
mammogram dan pemeriksaan ulangan setelah periode menstruasi berikutnya. Apabila
keluar cairan dari puting, baik bening, cair, atau kehijauan, sebaiknya
diperiksakan tes hemoccult untuk pemeriksaan sel keganasan. Apabila cairan yang
keluar dari puting bukanlah darah dan berasal dari beberapa kelenjar, maka
kemungkinan benjolan tersebut jinak.
B. Papiloma
Intraduktal
Papiloma
intraduktal adalah benjolan jinak yang biasanya soliter (satu) dan biasanya
ditemukan pada kelenjar utama dekat puting pada lokasi subareolar (sekitar
puting). Papiloma intraduktal sering terjadi pada dekade ke-4. Wanita tersebut
dapat mengeluhkan keluarnya cairan berupa darah dari salah satu payudara tanpa
terabanya massa atau benjolan di payudara. Penyebab tersering hal tersebut
adalah papiloma intraduktal. Benjolan yang ada tidak teraba karena biasanya
berukuran < 5 mm. Mammografi sebaiknya dilakukan untuk menyingkirkan
keganasan karena biasanya keganasan memiliki gejala keluarnya darah dari
puting.
Tatalaksana
Eksisi lokal
atau pengambilan benjolan dari payudara merupakan terapi utama. Hal ini dapat
dilakukan dengan bius lokal. Apabila biopsi pada benjolan menunjukkan hasil
atipikal hiperplasia pada papiloma ini, maka risiko kanker payudara meningkat
dibandingkan dengan hasil penyakit proliferatif dengan atipia.
C.
Fibroadenoma
Fibroadenoma
atau sering dikenal dengan Fibroadenoma Mamma (FAM) merupakan tumor jinak yang
paling sering terjadi pada payudara wanita. FAM biasanya terjadi pada wanita
muda atau remaja. Sebelum usia 25 tahun, FAM lebih sering terjadi dibandingkan
kista payudara. FAM jarang terjadi setelah masa menopause, yang berarti bahwa
FAM responsif terhadap rangsangan estrogen.
Tanda dan
Gejala
FAM dapat
multipel. Biasanya wanita muda menyadari terdapatnya benjolan pada payudara
ketika sedang mandi atau berpakaian. Kebanyakan benjolan berdiameter 2-3 cm,
namun FAM dapat tumbuh dengan ukuran yang lebih besar (giant fibroadenoma).
Pada pemeriksaan, benjolan FAM kenyal dan halus. Benjolan tersebut tidak
menimbulkan reaksi radang (merah, nyeri, panas), mobile (dapat digerakkan) dan
tidak menyebabkan pengerutan kulit payudara ataupun retraksi puting (puting
masuk). Benjolan tersebut berlobus-lobus.
Pemeriksaan
mammografi menghasilkan gambaran yang jelas jinak berupa rata dan memiliki
batas jelas. Wanita dengan FAM simpel tanpa penampakan histologi komplek dan
tanpa penyakit proliferatif pada parenkim payudara tidak memiliki peningkatan
risiko kanker payudara.
Tatalaksana
Pada saat FAM
diketahui, diagnosis ini dikonfirmasi dengan biopsi atau analisis sitologi
(sel). Biopsi tersebut dapat mengkonfirmasi adanya sel keganasan.
D. Tumor
Filodes Jinak
Tumor filodes
atau dikenal dengan sistosarkoma filodes adalah tumor fibroepitelial yang
ditandai dengan hiperselular stroma dikombinasikan dengan komponen epitel.
Tumor filodes umum terjadi pada dekade 5 atau 6. Benjolan ini jarang bilateral
(terdapat pada kedua payudara), dan biasanya muncul sebagai benjolan yang
terisolasi dan sulit dibedakan dengan FAM. Ukuran bervariasi, meskipun tumor
filodes biasanya lebih besar dari FAM, mungkin karena pertumbuhannya yang cepat.
Berdasarkan
pemeriksaan histologi (sel), diketahui bahwa tumor filodes jinak berkisar 10%,
dimana tumor filodes ganas berkisar 40%.
Tatalaksana
Tumor yang besar
dan ganas dengan batas infiltratif mungkin membutuhkan mastektomi (pengambilan
jaringan payudara). Mastektomi sebaiknya dihindari apabila memungkinkan.
Apabila pemeriksaan patologi memberikan hasil tumor filodes ganas, maka
re-eksisi komplit dari seluruh area harus dilakukan agar tidak ada sel
keganasan yang tersisa.