Dalam memenangkan pertempuran melawan musuh, thaifah yang berdiri kukuh di atas kebenaran ini tidak pernah mendapatkan kemenangan itu dikarenakan jumlah mereka yang banyak. Sebaliknya, jumlah mereka selalu sedikit. Dan sepanjang zaman, ahlul-iman dapat mengalahkan musuh-musuh mereka bukan dengan jumlah dan bekal logistik mereka, tetapi mereka dapat memenangkannya dengan berbekalkan dien ini. Dien yang dengannya Allah memuliakan mereka, seperti yang dikatakan oleh ‘Abdullah bin Rawahah dalam perang Mu’tah.
وَمَا نُقَاتِلُ النَّاسَ بِعَدَدٍ وَلاَ قُوَّةٍ وَلاَ كَثْرَةٍ مَا نُقَاتِلُهُمْ إِلاَّ بِهَذَا الدِّيْنِ الَّذِيْ أَكْرَمَنَا اللهُ بِهِ
Kita tidak memerangi manusia dengan bilangan, kekuatan, dan jumlah kita. Kita hanya memerangi mereka karena dien ini. Dien yang Allah memuliakan kita dengannya
Jika sebuah jamaah Islam menghajatkan kemenangan atas musuh-musuhnya, maka ia harus memenuhi sebab-sebab datangnya kemenangan. Sama seperti yang dilakukan oleh para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.
Memerinci sebab-sebab kemenangan secara detail akan menghabiskan banyak halaman. Maka disini kami akan menyebutkannya secara global.
Tersebut di dalam sirah, bahwa musuh-musuh para sahabat itu tidak pernah mampu bertahan lama di dalam peperangan melawan mereka. Bahkan ketika Heraclius mendengar kabar bahwa Romawi telah bertekuk lutut, ia berkata, “Celaka kalian! Coba ceritakan tentang musuh yang memerangi kalian itu! Bukankah mereka juga manusia seperti kalian?!” Mereka menjawab, “Benar..” “Jumlah kalian lebih banyak ataukah sebaliknya?”, tanyanya lagi. “Bahkan jumlah kami berlipat-lipat lebih banyak daripada jumlah mereka di dalam setiap kancah.”, jawab mereka. “Lalu, ada apa dengan kalian sehingga kalian menjadi pecundang?” Salah seorang pembesar mereka menjawab, “Karena mereka semua bangun menunaikan shalat malam, mereka berpuasa di siang hari, mereka menepati janji, mereka beramar makruf nahi munkar, serta mereka saling tolong-menolong. Juga karena kami semua meminum arak, berzina, melanggar yang haram, menyelisihi janji, berbuat ghashab, berbuat zhalim, menyebarkan perseteruan, meninggalkan hal-hal yang diridlai oleh Allah, serta membuat kerusakan di muka bumi.” “Benar yang kamu katakan.”, komentar Heraclius.
At-Thabariy juga menyebutkan, “Ketika pedang, ikat pinggang, dan mahkota Kisra diserahkan kepada ‘Umar t, beliau berkata, ‘Sungguh, kaum yang menyerahkan semua ini adalah kaum yang benar-benar beramanah.’ Mendengar hal itu ‘Ali t berkata, ‘Sesungguhnya Anda bersikap ‘iffah (menjaga diri) sehingga semua rakyat pun memilih sikap yang sama.
MARI BERSIKAP SHIDIQ KEPADA ALLAH
Jika di dalam dakwahnya seorang hamba bersikap shidiq, jujur kepada Rabbnya dan ikhlas karena-Nya, sungguh itu akan berimplikasi terhadap dakwahnya dan orang-orang yang diserunya. Mereka akan dapat menyaksikan shidiq sang da’i dengan mata kepala mereka serta merasakannya dengan hati dan jiwa mereka. Mereka dapat menyaksikan hal itu dalam jiwa tenang milik sang da’i yang dipenuhi dengan ketentraman, kerelaan, dan kekhusyu’an. Mereka dapat menyaksikan semua itu dari pancaran wajahnya. Kedua matanya jujur, lisannya dan kedua bibirnya juga jujur. Bahkan senyumannya pun demikian. Wajahnya… dalam keadaan apa pun tampak kejujuran menyeruak darinya.
Objek dakwah akan melihat pada wajah da’i yang shidiq kepada Rabbnya kharisma, wibawa, cahaya, dan sinar terang. Mereka akan melihat bahwa seluruh anggota badannya telah diliputi oleh kekhusyu’an dan ketenangan. Sampai-sampai seorang mad’u akan melihat wajah sang da’i lalu berkata, ‘Inilah seorang yang jujur.’
Bukankah pernah seseorang datang menemui Rasulullah r lalu bertanya kepada beliau, “Andakah Muhammad bin Abdullah?” Beliau menjawab, “Akulah yang mereka tuduh-tuduh itu.” Kemudian orang itu berkata, “Demi Allah, ini bukanlah wajah seorang pendusta!”
Wahai saudaraku seislam, seberapa banyak Anda mengambil warisan Nabi r ~kejujuran, keikhlasan, keimanan, dan amalnya yang agung~- sebanyak itu pulalah bagian Anda.
Dan masih banyak lagi orang yang sekedar melihat Rasulullah r saja, kecintaan kepada beliau pun bersemi di dalam dada mereka. Dan setelahnya mereka mengorbankan segalanya demi membela kecintaannya, Muhammad r.
Anda pun demikian, semakin banyak Anda memiliki warisan nubuwwah ini akan semakin banyak pulalah bagian Anda dalam hal itu.
JANGAN BERMAKSIAT
Sebagian ikhwah mungkin menyangka bahwa Allah akan memakluminya jika ia bermaksiat lantaran menurutnya ia telah lama beriltizam kepada Islam dan bergabung dengan para aktivis Islam. Maka ia pun memandang remeh urusan maksiat. Apalagi setelah berlalunya masa yang panjang dari iltizamnya, setelah mulai berkurang dan menipis hamasahnya (semangat), hamiyyahnya (pembelaan), dan ghirahnya. Ada banyak faktor pemicu yang bukan di sini tempat membicarakannya saat ini.
Ketika seseorang telah menganggap remeh dosa-dosa kecil, atau mentolerir perkara-perkara syubhat, dengan segera ia akan merasakan akibatnya dari Allah U.
Kadang-kadang buah dari kemaksiatan berupa Allah menjadikan kebencian dari berbagai hati kepadanya, atau terhalanginya dakwah tanpa sebab yang jelas. Abu Darda` t berkata, “Ada seorang hamba yang sembunyi-sembunyi bermaksiat kepada Allah lalu Allah menumbuhkan rasa benci dalam hati orang-orang yang beriman kepadanya tanpa pernah ia menyadarinya.”
Dalam kitab Al-Fawaid, Ibnul Qayyim telah meringkas berbagai macam pengaruh yang ditimbulkan oleh kemaksiatan dengan sistematika yang bagus sekali, beliau menulis:
Hidayah yang sedikit, ra`yu yang rusak, kebenaran yang tersembunyi, hati yang bobrok, ingatan yang lemah, waktu terbuang sia-sia, makhluk menjauhinya, takut berhubungan dengan Rabbnya, doa tidak dikabulkan, hati yang keras, rizki dan umur yang tidak berbarokah, terhalangi dari ilmu, diliputi kehinaan, direndahkan oleh musuh, dada yang sempit, mendapatkan teman-teman jahat yang merusak hati dan membuang-buang waktu, kesedihan dan kegundahan yang panjang, kehidupan yang menyesakkan dan pikiran yang kacau… semua itu merupakan buah kemaksiatan dan akibat kelalaian dari dzikrullah, seperti halnya tetumbuhan subur dengan air dan kebakaran bermula dari sepercik api. Begitupun sebaliknya, semua kebalikan dari hal-hal tersebut di atas merupakan buah dari ketaatan.
KEMAKSIATANMU BERPENGARUH PADA EKSISTENSI JAMAAH
Terkadang kemaksiatan seseorang atau sekelompok ikhwah bisa mengakibatkan seluruh bagian dari jamaah akan merasakan pengaruh buruknya, atau menjadi faktor kehancuran dan malapetaka, atau menjadi sebab hadirnya ujian yang sangat berat. Kalau kita perhatikan perang Uhud misalnya, kita akan mendapati bahwa sebab kekalahan kaum muslimin di sana adalah implikasi dari kemaksiatan yang dilakukan oleh sebagian pasukan pemanah. Jumlah mereka tidak lebih dari 4% keseluruhan pasukan kaum muslimin dalam peperngan itu. Apa hasil dari kemaksiatan itu ? orang shahabat Rasul r terbunuh, perut mereka dicabik-cabik, telinga dan hidung mereka diiris, Rasul terluka, wajahnya yang mulia robek, gigi rubaiyyahnya pecah.
Dari sini saya sampaikan, sebuah jamaah yang ingin eksis di muka bumi hendaklah memberikan perhatian yang penuh terhadap urusan mencegah kemungkaran yang ada di dalam tubuh jamaah, melebihi perhatiaannya terhadap urusan mencegah kemungkaran yang ada di masyarakat tempat jamaah ini berada. Sungguh jika sebuah jamaah telah sukses untuk menyelasaikan yang pertama, niscaya ia akan lebih sukses lagi untuk menyelesaikan yang kedua. Dan saya tegaskan, sekali-kali sebuah jamaah tidak akan sukses untuk menyelesaikan yang kedua kecuali jika telah sukses menyelesiakan yang pertama.
BERBAKTILAH KEPADA KEDUA ORANG TUA
Ada satu hakekat yang dimengerti oleh seluruh ikhwah tanpa pengecualian; yaitu bahwa berbakti kepada ibu-bapak merupakan salah satu kewajiban agama yang terpenting. Dan bahwa durhaka kepada keduanya merupakan salah satu dosa besar. Semua tahu adanya wasiat dari al-Qur`an yang diulang beberapa kali yang memerintahkan untuk berbuat baik kepada keduanya.
Derajat berbuat baik kepada keduanya lebih tinggi daripada derajat bersikap adil. Bahkan Allah memposisikan perbuatan baik untuk keduanya setelah beribadah kepada-Nya, langsung.
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُوْا إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. (Al-Isra` : 23)
QIYAMULLAIL, MADRASAH PARA AKTIVIS
amanat yang berat, beban yang sulit, dan perintah-perintah yang membutuhkan ‘azam yang kuat dan himmah yang tinggi.. Amanat yang sebelumnya telah ditolak oleh langit dan bumi; keduanya khawatir tidak mampu mengembannya, lalu amanat itu dibebankan di pundak manusia.
Siapa yang mampu menunaikan kewajiban dakwah, tarbiyah, amar makruf nahi munkar, dan jihad tanpa mempersiapkan bekal? Bekal selama menempuh perjalanan menuju Allah?
Tanpa bekal seseorang akan terputus di tengah jalan dan binasa sebelum sampai ke tujuan.
Madrasah qiyamullail adalah madrasah terbesar di mana seorang muslim ditempa di sana, mengenal Rabbnya, mengenal secara mendetail nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya berikut makna yang terkandung di dalamnya.
Ia adalah madrasah khusyu’, khudlu’, tadzallul, dan inabah kepada-Nya. Karena itulah seluruh syariat ~tanpa terkecuali~ qiyamullail menjadi salah satu unsurnya.
Kepada mereka saya katakan, “Mestinya anda semua mengerti bahwa:
Pertama, qiyamullail adalah amal islami juga, bahkan ia merupakan pokok dan pondasinya. Ia merupakan bekal terpenting bagi jamaah Islam dan daulah Islam. Karena itu pula mestinya anda semua mengerti bahwa,
Kedua, setiap ikhwan mesti melaksanakan qiyamullail. Jika waktunya longgar, badan sehat, dan jiwa bersemangat, hendaknya ia melaksanakan qiyamullail yang panjang, membaca satu juz penuh di dalamnya, ditambah memperbanyak doa di waktu sujud, serta memperbanyak dzikir lain secara umum. Jika waktunya sempit, badan kurang fit, dan jiwa pun kurang bersemangat, maka tidak mengapa ia mengerjakan qiyamullail yang pendek, atau dengan jumlah rekaat yang sama, namun hanya membaca surat-surat pendek. Membiasakan diri tidak mengerjakannya sama sekali atau meninggalkannya hampir setiap malam tidak dapat dibenarkan sama sekali.
BERDOALAH KARENA DOA ITU SENJATA YANG AMPUH
Doa adalah senjata ampuh yang banyak dilupakan oleh harakah Islam dalam banyak kesempatan. Doa adalah senjata yang selalu tepat sasaran dan anak panah yang tidak pernah meleset. Doa juga merupakan ‘benteng berbenteng’ tempat berlindung setiap pribadi muslim dan juga jamaah Islam dari tipu daya musuh, kesewenangan mereka, dan kebengisan mereka.
BAGAIMANA MEMPERBAHARUI IMAN
- Membaca sirah as-salafus shalih
- Khalwah
- Melakukan aktivitas penumbuh tawadlu’
- Ziarah Kubur
- Mengunjungi orang-orang shalih
- Mengingat ayyamullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar yang sopan