Usaha

 photo cooltext934587768.png
Home » » CIRI-CIRI KEMATANGAN DALAM BELAJAR MENGAJAR

CIRI-CIRI KEMATANGAN DALAM BELAJAR MENGAJAR

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah
Pada dasarnya, setiap individu mempunyai kemampuan untuk belajar. Proses semacam ini dialaminya semenjak ia lahir sampai tumbuh dewasa. Adanya suatu kegiatan belajar tidak lepas dari pada tujuan yang hendak dicapai yakni agar mampu mengadakan perubahan-perubahan dalam setiap perkembangannya yang ada.
Adapun tantangan yang dihadapi dalam kegiatan belajar mengajar amat banyak sekali, khususnya pada lembaga pendidikan. Karena diharuskan atau dituntut agar siswa berhasil dalam studinya tersebut.
Kalau dilihat lebih jauh tentang berbagai upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut, seolah-olah masih terjadi ketidak puasan terhadap siswa dikarnakan tidak sesuai dengan tujuan belajar itu sendiri. Hal ini merupakan tanggung jawab kita bersama agar nantinya siswa dapat mengetahui serta memahami tentang terbagi metode yang harus ia jalani sehingga nantinya akan membuahkan hasil yang sangat memuaskan.
Dalam proses belajar mengajar sangatlah diperlukan suatu metode yang pas yang harus diterapkan dalam kegiatan belajar agar siswa dapat mencapai suatu keberhasilan.
Disinilah kita membutuhkan suatu renungan pemikiran dan kerja keras untuk memecahkan masalah yang berkenaan dengan belajar mengajar.
B. Rumusan-rumusan permasalahan
Bertolak dari permasalahan diatas, maka dalam makalah ini ada beberapa rumusan masalah yang perlu diangkat :
a. apakah Pengertian kematangan belajar ?
b. bagaimana Cirri-ciri kematangan dalam belajar mengajar ?
c. bagaimana Cara-cara belajar yang baik ?
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian kematangan dalam belajar
Kematangan (maturity) adalah suatu keadaan atau kondisi bentuk struktur dan fungsi yang lengkap atau dewasa pada suatu organisasi, baik terhadap satu sifat. Kematangan membentuk sifat dan kekuatan dalam diri untuk bereaksi dengan cara tertentu yang disebut “Readiness” yang berupa tingkah laku, baik tingkah laku yang instingtif maupun tingkah laku yang dipelajari (1;182).
Tingkah laku instingtif adalah suatu pola tingkah laku yang diwariskan melalui proses hereditas. Sedangkan maksud dari tingkah laku yang dipelajari yaitu orang tak akan berbuat secara intelijen apabila kapasitas intelektualnya belum memungkinkan. Untuk itu kematangan dalam struktur otak atau system syaraf sangat diperlukan.
Sedangkan pengertian belajar secara individu adalah suatu kegiatan yang dilakukan kerena memenuhi salah satu dari ketiga insting yang dimiliki oleh setiap makhluk hidup, yakni insting mempertahankan diri, mengembangkan diri dan mempertahankan diri. Kerena insting yang kedua yakni mengembangkan diri itulah maka manusia belajar.
Secara umum definisi daripada beljar itu sendiri adalah suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan atau dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, ketrampilan atau sikap ( 2 ; 19 ).
Sedangkan pengertian belajar menurut Winkel adalah adanya perubahan dalam tingkah laku (3 ; 35 )
Belajar merupakan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar, apa yang sedang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar, tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang lain. Bahkan hasil belajar orang itu tidak langsung kelihatan, tanpa orang itu melakukan sesuatu yang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar. Maka, berdasarkan perilaku yang disaksikan dapat ditarik kesimpulan seseorang telah belajar adalah jika suatu aktifitasmental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
B. Ciri-ciri dalam belajar
1. Belajar harus memiliki tujuan
Kegiatan daripada belajar mengajar yakni untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu dengan menempatkan anak didik sebagai pusat perhatian. Adanya suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam interaksi belajar mengajar, seorang guru sebagai pengajar akan berusaha semaksimal mungkin agar siswa dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karenanya guru harus dapat menciptakan situasi dimana agar anak dapat belajar. Di samping itu juga dengan interaksi ini membutuhkan adanya perencanaan dan persiapan yang matang, baik perencanaan dan persiapan secara tertulis maupun perencanaan dan persiapan diri.
2. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan suatu penggarapan materi yang khusus.
Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah materi harus di desain sedemikian rupa, cocok untuk mencapai tujuan dan juga harus memperhatikan komponen-komponen lainnya.
3. Ditandai aktifitas anak
Aktifitas anak didik, baik secara fisik ataupun secara mental harus aktif dalam kelas.
4. Dalam kegiatan belajar mengajar guru berperan sebagai pembimbing.
Guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi kepada anak didik agar terjadi proses interaksi yang kondusif dalam proses belajar mengajar di kelas, sekaligus guru harus siap menjadi mediator dalam situasi kegiatan belajar mengajar sehingga segala sesuatu yang dilakukan oleh seorang guru akan menjadi panutan bagi muridnya.
5. Kegiatan belajar mengajar membutuhkan kedisiplinan
Disiplin dalam hal ini adalah suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaaati oleh guru dan murid.
6. Ada batas waktu
Hal ini merupakan salah satu ciri yang tidak bias ditinggalkan, karena setiap bahan pelajaran harus diberi waktu tertentu kapan bahan tersebut harus selesai.
7. Evaluasi
Evaluasi sangat penting setelah guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Evaluasi harus dilakukan oleh seorang guru agar dapat mengetahui berhasil tidaknya suatu pengajaran yang telah ia berikan pada muridnya.
C. Cara-cara belajar yang baik
Menurut Dr. Rudolf pintner ada beberapa cara belajar yang baik, diantaranya yaitu :
1. Metode keseluruhan kepada bbagian (whole to part method)
Di dalam mempelajari sesuatu, kita harus memulai dahulu dari keseluruhan, kemudian baru mendetail kepada bagian-bagiannya. Metode ini berasaldari pendapat psikologi Gestalt.
2. Metode keseluruhan lawan bagian (whole versus part method)
Untuk bahan-bahan pelajaran yang skopnya tidak terlalu luas tepat dipergunakan metode keseluruhan. Seperti membaca buku cerita pendek. Namun untuk bahan-bahan yang bersifat non verbal misalnya mengetik lebih tepat digunakan metode bagian.
3. metode campuran antara keseluruhan dan bagian (mediating method)
metode ini hanya digunakan untuk bahan-bahan pelajaran yang skopnya sangat luas atau yang sukar-sukar. Misalnya tata buku dsb.
4. Metode resitasi (recitation method)
Yakni mengulangi atau mengucapkan kembali sesuatu yang telah dipelajari. Metode ini dapat dilakukan pada semua mata pelajaran.
5. Jangaka waktu belajar (length of practice period)
Dari hasil-hasil eksperimen ternyata bahwa jangka waktu (priode) belajar yang produktif seperti metode menghafal adalah antara 0 – 30 menit.
6. Pembagian waktu belajar (distribution of practice period)
belajar yang terus menerusdalam jangka waktu yang lama tanpa istirahat tidak efisien dan efektif. Menurut hokum Jost tentang belajar yakni 30 menit sehari selama 6 hari lebih baik daripada sekali belajar selama 6 jam.
7. Membatasi kelupaan
Agar tidak terjadi hal demikian, maka dalam belajar perlu adanya ulangan atau review pada waktu-waktu tertentu atau setelah akhir suatu tahap pelajaran yang diselesaikan guna untuk mengingatkan kembali bahan yang pernah dipelajari.
8. Menghafal (cramming)
Untuk dapat menguasai serta mereproduksi kembali dengan cepat bahan-bahan pelajaran yang luas atau banyak dalam waktu yang relatif singkat.
9. Kecepatan belajar dalam hubungannya dengan ingatan
Di sini terdapat adanya korelasi antara kecepatan memperoleh suatu pengetahuan dengan daya ingatan terhadap pengetahuan itu. Mengingat adalah suatu aktifitas kognitif dimana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa lampau / ata berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh dimasa lampau. Terdapat dua bentuk mengingat yaitu mengenal kembali (rekognisi) dan mrngingat kembali (reproduksi).
10. Retroactive inhibition
Pada waktu terjadi proses berfikir, maka akan terjadi adanya penokan atau penahanan dari suatu unit pengetahuan tertentu terhadap unit yang lain sehingga terjadi kesalahan dalm berfikir. Untuk menghindari agar tidak terjadi hal semacam itu, hendaknya dalam belajar mengajar tidak terjadi pencampur adukan beberapa mata pelajaran dalam waktu sekaligus, maka diperlukan adanya jadwal (time schedule) dalam belajar yang harus ditaati bersama.
III. KESIMPULAN
Dari berbagai pengertian di atas dapatlah ditarik suatu kesimpulam bahwasanya Kematangan (maturity) adalah suatu keadaan atau kondisi bentuk, struktur dan fungsi yang lengkap atau dewasa pada suatu organisasi, baik terhadap satu sifat. Kematangan membentuk suatu sifat dan kekuatan dalam diri untuk bereaksi dangan cara tertentu yang disebut “Readiness” yang berupa tingkah laku, baik tingkahlaku yang instingtif maupun tingkah laku yang dipelajari.
Sedangkan definisi daripada belajar itu sendiri adalah suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan atau dangan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, keterampilan atau sikap.
1. Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat cirri-ciri yang harus dilakukan oleh siswa diantaranya adalah : belajar harus mempunyai tujuan dll.
2. Agar siswa dapat berhasil dalam belajar hendaknya melakukan beberapa cara belajar yang baik, sehingga siswa mampu memecahkan berbagai persoalan yang ada.

Share this games :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar yang sopan