Syeikh Ayman Az-Zawahiri, masa muda dan sekelumit kisah tentang dirinya
Seperti yang dilaporkan oleh berbagai media pada Kamis (16/6/2011), dalam sebuah statemen, Jamaah Qa’idatul Jihad yang dikenal dengan Al Qaeda, mengumumkan bahwa Syaikh Ayman Az-Zawahiri, semoga Allah menuntunnya, mengambil tanggung jawab sebagi amir kelompok.
“Dengan ini Komando Umum Qaeda al-Jihad-dan setelah akhir dari konsultasi-kami deklarasikan bahwa Syaikh Dr. Abu Muhammad Ayman al-Zawahiri (semoga Allah memberkatinya) akan mengambil alih tanggung jawab komando kelompok,” ujar pernyataan itu.
Pernyataan itu mengatakan bahwa di bawah kepemimpinan Zawahiri, Al Qaeda akan melanjutkan Jihad melawan Amerika dan Israel.
“Kami mencari dengan bantuan Allah untuk menyerukan agama kebenaran dan menghasut bangsa kami untuk melawan dengan melakukan Jihad melawan antek penjajah, dengan kepala mereka yang digunakan salibis Amerika dan hamba Israel dan siapapun yang mendukung mereka,” lanjut statemen tersebut.
Pertarungan akan terus berlanjut “sampai semua tentara salibis meninggalkan wilayah Islam”.
“Kami mendukung pemberontakan orang-orang kami yang tertindas terhadap para pemimpin korup dan tiran yang telah membuat bangsa kami menderita di Mesir, Tunisia, Libya, Yaman, Suriah dan Maroko,” ujar statemen mengacu kepada gelombang pemberontakan yang telah mengguncang Timur Tengah dan Afrika Utara sejak Desember.
Protes telah berhasil menumbangkan otokrat di Mesir dan Tunisia, sementara yang lain, seperti Moammar Gaddafi di Libya dan Bashar al-Assad di Suriah masih memerangi pejuang revolusi di negara mereka.
Al Qaeda mendesak mereka yang terlibat dalam pemberontakan untuk melanjutkan “perjuangan sampai jatuhnya semua rezim korup yang dipaksakan Barat ke negara kami”.
Menurut sebuah situs ensiklopedi, Wikipedia, Dr. Ayman yang dilahirkan pada tanggal 19 Juni 1951 adalah seorang teolog Islam Mesir dan pejuang Jihad, yang merupakan amir kedua dan terakhir dari Jihad Islam Mesir. Pada tanggal 2 Mei 2011 dia diasumsikan sebagai tokoh tunggal Al Qaeda sejak kematian Syaikh Usamah bin Ladin rahimahullah. Kepalanya dihargai 25 juta USD untuk informasi yang mengarah pada penangkapannya.
Az-Zawahiri disebut-sebut merupakan seorang ahli bedah yang berkualitas, ketika organisasinya bergabung dengan Al Qaeda, ia menjadi penasehat dan dokter pribadi Syaikh Usamah. Dia pertama kali bertemu dengan Syaikh Usamah di Jeddah pada tahun 1998. Az-Zawahiri telah menunjukkan pemahaman yang mendalam terhadap ajaran Islam dan sejarah Islam. Dia dapat berbicara dalam bahasa Arab, Inggris dan Perancis. Az-Zawahiri berada di bawah sanksi seluruh dunia oleh “Komite Dewan Keamanan PBB 1267″ sebagai anggota atau afiliasi Al Qaeda.
Pada tahun 1998, Az-Zawahiri secara resmi menggabungkan organisasinya, Jihad Islam Mesir ke Al Qaeda.
Menurut laporan seorang mantan anggota Al Qaeda, ia telah bekerja di organisasi Al Qaeda sejak awal dan menjadi anggota senior dewan syura. Ia sering digambarkan sebagai “letnan-nya” Syaikh Usamah, meskipun penulis biografi bin Ladin telah menyebutnya sebagai “otaknya” Al Qaeda. Pada 16 Juni 2011, Al Qaeda mengumumkan bahwa Az-Zawahiri telah dipilih sebagai penerus bin Ladin.
Dr. Ayman lahir dari keluarga kelas menengah ke atas di Maadi, Mesir, pinggiran Kairo dan dikatakan sebagai seorang pemuda yang rajin. Ayahnya, Muhammad Rabie az-Zawahiri, berasal dari keluarga besar dokter dan ulama. Muhammad merupakan seorang dokter bedah dan Muslim fanatik, ia juga menjadi seorang profesor di Universitas Kairo. Ibu Ayman, Umayma Azzam, berasal dari sebuah klan politikus aktif. Ayman unggul di sekolah, mencintai puisi, “membenci kekerasan dalam olahraga” yang ia pikir “tidak manusiawi” dan memiliki kasih sayang yang mendalam untuk ibunya.
Ayman az-Zawahiri menjadi seorang yang baik, saleh dan seorang politikus di bawah pengaruh pamannya, Mahfouz Azzam dan dosen Mostafa Kamel Wasfi. Sayyid Qutb mengajarkan bahwa untuk mengembalikan Islam dan membebaskan Muslim, pelopor Muslim sejati harus mengembangkan dirinya.
Di usia 14 tahun, az-Zawahiri bergabung dengan Ikhwanul Muslimin. Tahun berikutnya pemerintah boneka Mesir mengeksekusi Sayyid Qutb dan az-Zawahiri bersama dengan empat siswa sekolah menengah lainnya, membantu membentuk “sel bawah tanah yang ditujukan untuk menggulingkan pemerintahan dan mendirikan negara Islam”. Di usia dini, Az-zawahiri telah mengembangkan misi dalam hidupnya, “untuk meletakkan visi Qutb ke dalam tindakan”. Selnya akhirnya bergabung dengan yang lainnya dan membentuk al-Jihad atau Jihad Islam Mesir. Ayman lulus dari Universitas Mesir di tahun 1974 dengan Gayyid Giddan.
Setelah itu ia menjabat sebagai seorang ahli bedah di angkatan darat Mesir dan ia mendirikan sebuah klinik di dekat kediaman orangtuanya. Di tahun 1978, ia juga memperoleh gelar master dalam operasi bedah.
Pada tahun 1993, Ayman mengirim adiknya, Muhammad az-Zawahiri ke Balkan untuk membantu Mujahidin di Bosnia. Muhammad dikenal sebagai ahli logistik dan dikatakan sebagai komandan militer Jihad Islam. Muhammad bekerja di Bosnia, Kroasia dan Albania di bawah payung International Islamic Relief Organization (IIRO).
Sementara ia bersembunyi di Uni Emirat Arab, ia ditangkap pada tahun 2000, kemudian di ekstradisi ke Mesir di mana ia dijatuhi hukuman mati. Dia ditahan di penjara Tora di Kairo sebagai tahanan politik.
Para pejabat keamanan mengatakan ia adalah kepala Komite Aksi Khusus Jihad Islam yang menyelenggarakan operasi sabotase. Namun, setelah pemberontakan rakyat Mesir di tahun 2011 ini, pada 17 Maret 2011 ia dibebaskan dari penjara oleh Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata, pemerintah sementara Mesir.
Pengacaranya mengatakan ia ditahan untuk mengekstrak informasi tentang Ayman, saudaranya. Namun, pada 20 Maret, tiga hari setelah kebebasannya, ia kembali ditangkap.
Pernikahan dan keluarga
Pada tahun 1978 ia menikahi istrinya Azza Ahmed Nowari, yang sedang belajar filsafat di Universitas Kairo. Pernikahan mereka di Hotel Continental, Opera Square, sangat terasa nuansa Islam, undangan laki-laki dan perempuan terpisah dan tidak ada musik, foto atau cahaya berlebihan. Bertahun-tahun kemudian ketika Amerika Serikat menyerang Afghanistan setelah serangan 11 September 2001, Azza membantah pernah mengetahui bahwa Zawahiri pernah menjadi amir jihad (komandan) selama satu dekade terakhir.
Pasangan ini memiliki empat anak perempuan, Fatima (lahir 1981), Umayma, Nabila (lahir 1986) dan Khadija (lahir 1987) dan seorang anak laki-laki, Mohammed, seorang laki-laki yang halus dan sopan dan “peliharaan untuk semua kakak perempuannya, tunduk dan lebih suka tinggal dirumah dan membantu ibunya”.
Sepuluh tahun setelah kelahiran Mohammed, Azza melahirkan Aisha, yang mengalami down syndrom. Di bulan Februari 2004, Abu Zubaydah yang mengalami penyiksaan waterboarded, kemudian menyatakan bahwa Abu turab Al-Urduni menikahi salah satu putri az-Zawahiri.
Zaynab Khadr mengingat pernah merayakan pertunangan Umayma di rumah keluarga untuk sepanjang hari dan Syaikh Ayman secara halus mengetuk pintu kamar Umayma, meminta kedua gadis itu untuk menyudahi nyanyian dan pesta karena waktu telah larut malam.
Azza dan Aisha meninggal dunia di bulan November 2001, setelah serangan 11 September. Setelah Amerika membombardir gedung pemerintahan Taliban di Gardez, Azza terjepit di bawah reruntuhan atap wisma. Peduli dengan auratnya, ia menolak untuk dievakuasi karena laki-laki akan melihatnya. Putri yang berusia empat tahun, Aisha, tidak terluka akibat bom, tetapi meninggal dunia karena dinginnya malam sementara tim penyelamat mencoba menyelamatkan Azza.
Percobaan kudeta
Dia akhirnya menjadi salah satu pemimpin dan perekrut organisasi Jihad Islam Mesir. Harapan Zawahiri adalah untuk merekrut perwira militer dan mengumpulkan senjata, menunggu saat yang tepat untuk meluncurkan “penggulingan dari tatanan yang ada”. Kepala strategi Al-Jihad, Aboud al-Zumar, seorang kolonel di intelijen militer yang berencana membunuh para pemimpin utama negara, menduduki markas tentara dan keamanan negara, gedung sentral telepon, dimana berita tentara revolusi Islam kemudian akan disiarkan, ia berharap adanya pemberontakan rakyat melawan otoritas sekuler di seluruh negeri.
Rencana itu tergelincir ketika otoritas disiagakan terhadap rencana al-Jihad oleh penangkapan seorang yang terlibat dalam operasi yang membawa informasi penting, pada Februari 1981. Presiden Anwar Sadat memerintahkan pengumpulan lebih dari 1.500 orang, termasuk anggota al-Jihad, namun ia luput akan sebuah sel di militer yang dipimpin oleh Letnan Khalid Islambouli, yang sukses membunuh Sadat selama parade militer Oktober.
Penahanan dan penyiksaan
Az-Zawahiri termasuk salah satu dari ratusan orang yang ditangkap setelah kematian Sadat. Pengacara az-Zawahiri, Montasser el-Zayat berpendapat bahwa Zawahiri telah disiksa di penjara.
Dalam bukunya, “Az-Zawahiri as I Knew Him”, el-Zayat berpendapat bahwa di bawah penyiksaan dari polisi Mesir menyusul penangkapannya sehubungan dengan pembunuhan Sadat pada tahun 1981, Az-Zawahiri mengungkapkan tempat persembunyian Essam al-Qamari, anggota kunci sel Maadi, al-Jihad, yang menyebabkan penangkapan dan eksekusi al-Qamari.
Az-Zawahiri dihukum karena berurusan dengan senjata dan menerima hukuman tiga tahun, yang selesai pada tahun 1984.
Meninggalkan Mesir
Di tahun 1985, Az-Zawahiri pergi ke Arab Saudi untuk berhaji dan tinggal di sana untuk praktek dokter di Jeddah selama satu tahun. Dia dilaporkan telah bertemu dengan Syaikh Usamah bin Ladin di sana pada tahun 1986.
Dia kemudian pergi ke Peshawar, Pakistan di mana ia bekerja di sebuah rumah sakit Bulan Sabit Merah merawat pengungsi yang terluka. Di sana ia berteman dengan Ahmed Khadr dari Kanada dan keduanya terlibat sejumlah percakapan mengenai perlunya pemerintahan Islam dan kebutuhan rakyat Afghan. Selama masa itu, Az-Zawahiri juga mulai membangun kembali Jihad Islam Mesir bersama dengan “militan” asing lainnya. Kelompok ini telah kehilangan ikatan dengan pemimpin dipenjara, Abud al-Zumur.
Di Peshawar, az-Zawahiri diperkirakan telah menjadi radikal, meninggalkan strategi lamanya untuk mempercepat kudeta, mengubah masyarakat dari atas dan merangkul ide tafkir. Pada tahun 1991, Jihad Islam Mesir memutuskan hubungan dengan al-Zumur dan Az-Zawahiri menjadi pemmpin kedua.
Di Peshawar ia bertemu dengan Syaikh Usamah, yang menjalankan basis untuk Mujahidin yang disebut dengan Maktab al-Khadamat (MAK), didirikan oleh Syaikh Abdullah Yusuf Azzam.
Hubungan dengan Iran
Syeikh Ayman mengecam pemerintah Iran. Pada bulan Desember 2007, ia mengatakan “Kami menemukan kolaborasi Iran dengan Amerika dalam invasi atas Afghanistan dan Irak.” Dalam video yang sama, dia mencerca Iran dengan “mengulangi lelucon konyol yang mengatakan bahwa Al Qaeda dan Taliban adalah agen Amerika,” sebelum mengeluarkan pesan video ini, Ayatullah Rafsanjani mengatakan, “Di Afghanistan, mereka hadir di Afghanistan karena Al Qaeda dan Taliban, dan siapa yang menciptakan Taliban? Amerika merupakan salah satu yang menciptakan Taliban dan teman-teman Amerika di wilayah itu, mereka membiayai dan mempersenjatai Amerika”.
Kritik syeikh ayman terhadap pemerintahan Iran berlanjut ketika ia menyatakan :
“Meskipun pengulangan dari slogan Iran, “kematian untuk Amerika”, “kematian untuk Israel”, tapi kami belum pernah mendengar fatwa dari satu otoritas Syiah, baik di Iran ataupun di tempat lain yang menyerukan jihad melawan Amerika di Irak dan Afghanistan.
Syeikh ayman membantah bahwa adanya kerjasama antara Iran dengan Al Qaeda melawan “musuh bersama mereka”, yakni Amerika Serikat.
Pada bulan April 2008, syeikh Ayman menyalahkan media pemerintah Iran dan al-Manar untuk mengabadikan kebohongan bahwa “tidak ada pahlawan di kalangan Sunni yang bisa merugikan Amerika seperti tidak ada yang melakukannya dalam sejarah” untuk mendiskreditkan jaringan Al Qaeda.
Di tahun 1993, syeikh Ayman pergi ke Amerika Serikat dimana ia berbicara di beberapa masjid di California yang berada di bawah pengawasan Abdul Mu’iz dan mengandalkan surat kepercayaan dari Bulan Sabit Merah Kuwait untuk menggalang dana bagi anak-anak Afghan yang telah terluka oleh ranjau darat Soviet, tetapi hanya berhasil mendapatkan 2.000 USD.
Untuk perjalanannya ke negara-negara Eropa dan Barat, syeikh Ayman merapikan jenggotnya dan mengenakan pakaian Barat.
Pengusiran dari Sudan dan penghabisan waktu di Rusia
Setelah eksekusi 1994 terhadap anak-anak Ahmad Salama Mabruk dan Mohammed Sharaf untuk mengkhianati Jihad Islam Mesir, para militan diperintahkan untuk meninggalkan Sudan. Pada saat ini ia dikatakan telah “menjadi hantu” tetapi diperkirakan telah bepergian secara luas di Swiss dan Sarajevo. Sebuah paspor palsu ia gunakan menunjukkan bahwa ia melakukan perjalanan ke Malaysia, Taiwan, Singapura dan Hongkong.
Pada tanggal 1 Desember 1996, Ahmad Salama Mabruk dan Mahmud Hisham al-Hennawi, disertai syeikh ayman melakukan perjalanan ke Chechnya, di mana mereka berharap untuk mendirikan kembali al-Jihad yang telah goyah. Pemimpin mereka yang tengah mengadakan perjalanan menggunakan nama Abdullah Imam Mohamed Amin dan melakukan perdagangan alat-alat medis sebagai dalih.
Kelompok ini berganti kendaraan sebanyak tiga kali, namun mereka tertangkap beberapa jam sebelum memasuki wilayah Rusia dan menghabiskan lima bulan penjara di penjara Makhachkala menunggu diadili. Trio ini mengaku tidak bersalah, mempertahankan penyamaran mereka dan rekan-rekan al-Jihad dari Bavari-C mengirim surat kepada otoritas Rusia untuk keringanan hukuman bagi rekan-rekan “pedagang” mereka yang telah keliru ditangkap dan anggota parlemen Rusia, Nadyr Khachiliev menggemakan permohonan mereka agar cepat dibebaskan ketika anggota al-Jihad Ibrahim Eidarous dan Tharwat Salah Shehata menuju Dagestan untuk memohon pembebasan mereka. Shehata mendapat izin untuk mengunjungi para tahanan dan diyakini telah menyelundupkan 3.000 USD yang kemudian disita dari sel mereka dan telah memberikan surat dimana Rusia tidak mau menerjemahkannya.
Pada bulan April 1997, 3 Muslim ini dijatuhi hukuman enam bulan penjara dan sebulan kemudian dibebaskan dan lari tanpa membayar pengacara mereka Abdulkhalik Abdusalamov sebesar 1.800 USD yang telah ditunjuk pengadilan. Namun, beberapa pihak ragu mengenai Rusia yang tidak dapat menemukan kebenaran akan syeikh Ayman : sarjana dari Jamestown Foundation, Evgenii Novikov berpendapat bahwa tampaknya tidak mungkin bahwa Rusia tidak akan dapat menentukan siapa dia, mengingat mereka terlatih Arabis dan tindakan mencurigakan ketiganya yang secara ilegal melintasi perbatasan dengan beberapa identitas palsu dan dokumen enkripsi dalam bahasa Arab.
Syeikh Ayman dan angota Jihad Islam Mesir lainnya membiayai pengungsi di Jalalabad, di mana keluarga anggota Al Qaeda telah tinggal. Sekitar 250 orang berkumpul di sana bersama-sama.
Operasi Luxor November 1997
Serangan oleh enam orang berpakaian seragam polisi, memacu senapan mesin dan menewaskan 58 wisatawan asing dan empat warga Mesir dan menghancurkan industri pariwisata Mesir untuk beberapa tahun. Syeikh Ayman menyalahkan polisi untuk pembunuhan tersebut dan juga mengatakan para wisatawan bertanggung jawab atas kematian mereka sendiri karena telah datang ke Mesir.
“Orang-orang Mesir menganggap kehadiran wisatawan asing menjadi agresi terhadap Muslim dan Mesir….Para pemuda mengatakan bahwa ini adalah negara kami dan bukan tempat untuk bersenang-senang dan kenikmatan, khususnya bagi Anda”.
Syeikh Ayman dijatuhi hukuman mati dalam pengadilan in absentia di tahun 1999 oleh pemerintahan boneka Mesir.
Fatwa dengan syeikh Usamah bin Ladin
Pada 23 Februari 1998, ia mengeluarkan fatwa bersama dengan Syeikh Usamah bin Ladin rahimahullah dengan judul “Front Islam Sedunia Melawan Yahudi dan Tentara Salib”. Syeikh Ayman, bukan syeikh Usamah yang diperkirakan penulis sebenarnya dari fatwa ini.
Tahun 1998 serangkaian serangan bom terjadi menargetkan kedutaan besar Amerika di mana ratusan orang tewas dalam ledakan bom di kedutaan AS di kota Dar es Salaam, Tanzania dan Nairobi, Kenya. Serangan ini membawa syeikh Usamah dan syeikh Ayman menjadi perhatian internasional.
Menyusul pemboman tahun 2000 terhadap USS Cole, Mohammaed Atef bergerak ke Kandahar, syeikh Ayman ke Kabul dan syeikh Usamah ke Kabul, kemudian mereka bergabung dengan Atef saat menyadari Amerika tidak melakukan serangan balasan.
Hamid Mir dilaporkan telah mengatakan bahwa ia percaya bahwa Ayman az-Zawahiri adalah kepala operasional Al Qaeda dan bahwa “ia merupakan orang yang bisa melakukan hal-hal yang terjadi pada 11 September”. Dalam beberapa hari, nama Zawahiri itu diajukan sebagai komando kedua bin Ladin, dengan laporan menunjukkan bahwa ia mewakili “lawan AS yang lebih tangguh dari bin Ladin”.
Aktivitas dan keberadaan setelah peristiwa 911
Pada 10 Oktober 2001, syeikh Ayman muncul di daftar awal FBI Amerika sebagai 22 “teroris” yang paling dicari yang dirilis ke publik oleh Bush. Pada awal November 2001, pemerintah Imarah Islam Afghanistan mengumumkan mereka menganugerahkan kewarganegaraan Afghanistan resmi pada dirinya, serta bin Ladin, Muhammad Atef, Saif al-Adl dan syeikh Abdurrahman Asim.
Pada Desember 2001, syeikh Ayman mengeluarkan buku berjudul “Knights Under the Prophet’s Banner outlining Al Qaeda Ideology”. Terjemahan bahasa Inggris dari buku ini diterbitkan, kutipan tersedia secara online.
Setelah invasi AS ke Afghanistan, keberadaan syeikh Ayman tidak diketahui, tetapi ia biasanya dianggap berada di wilayah kesukuan Pakistan. Meskipun ia merilis videonya lebih sering sendiri, syeikh Ayman dan Syeikh Usamah tidak muncul bersama dalam satu video sejak tahun 2003. Di tahun 2003, ia dikabarkan telah ditahan oleh Iran, meskipun tidak ada konfirmasi yang muncul. Pada tahun 2004, militer boneka Pakistan melancarkan operasi agresif di Wana, Pakistan. Laporan mulai muncul ke permukaan bahwa ia terjebak di tengah konflik oleh militer.
Namun, setelah seminggu pertempuran, tentara merebut daerah tersebut. Kemudian diungkapkan bahwa ia melarikan diri atau tidak pernah ada di kalangan pejuang. Karena konflik itu menyelinap ke wilayah kesukuan barat dimana Syeikh Ayman menjadi target utama dari operasi pengejaran yang dilakukan oleh ISI. Namun, mereka tidak berhasil menemukannya dalam serangkaian operasi.
Pada tanggal 13 Januari 2006, CIA membantu ISI Pakistan ketika CIA melancarkan serangan udara di Damadola, sebuah desa Pakistan yang berbatasan dengan Afghanistan, di mana mereka meyakini itu adalah lokasi syeikh Ayman berada. Serangan itu seharusnya sudah membunuh syeikh Ayman, demikian laporan media-media internasional dalam beberapa hari setelah serangan. Banyak korban dimakamkan tanpa diidentifikasi. Seorang pejabat AS mengklaim bahwa beberapa Mujahid tewas dan pemerintah kesukuan Bajaur mengonfirmasikan hanya empat “teroris” yang tewas dalam serangan. Protes anti-Amerika pecah di seluruh negeri di Pakistan, mengutuk serangan udara AS yang menewaskan sipil tak bersalah. Pada tanggal 30 Januari, video baru dirilis menunjukkan syeikh Ayman yang tidak terluka dan dalam keadaan sehat. Video itu membahas serangan udara tetapi tidak mengungkapkan apakah ia hadir di desa itu saat serangan dilancarkan.
Pada bulan Agustus 2008, CBS melaporkan bahwa mereka memperoleh salinan surat yang dicegat pada 29 Juli 2008 dari sumber yang tak disebutkan namanya di Pakistan, yang meminta dengan segera dokter untuk mengobati syeikh Ayman. Surat itu menunjukkan bahwa syeikh Ayman mengalami luka parah dalam serangan drone AS di desa Azam Warsak di Waziristan Selatan pada 28 Juli yang juga dilaporkan telah membunuh seorang ahli peledak, Abu Khabab al-Masri. Juru bicara Taliban, Maulvi umar mengatakan kepada AP bahwa laporan terlukanya syeikh Ayman adalah palsu.
Muncul sebagai komandan Al Qaeda
Pada tanggal 30 April 2009, Departemen Luar Negeri AS melaporka bahwa syeikh Ayman kini telah muncul sebagai komandan strategis dan operasional dan bahwa syeikh Usamah hanyalah tokoh ideologis organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar yang sopan